HAFITAINI mempersembahkan koleksi hijab dengan motif series Pinto Aceh pada ajang Modest Fashion & Womenpreneur Summit (MFWS) tahun 2024 ini. Sebab Cut Hafita Aini sebagai orang Aceh merasa bangga rasanya bisa mengangkat karya seni khas Aceh ini, dan ingin melestarikan salah satu budaya yang ada di Indonesia.
Selain ingin mengenalkan budaya kepada generasi muda di Indonesia, Hafitaini juga ingin sekali mengenalkan motif khas Aceh ini ke mancanegara. Ada makna dibalik motif Pinto Aceh, yakni motif Pinto Aceh ini mengandung sejarah yang indah.
Baca juga: Five Style Memperkenalkan Koleksi Equilibria di MFWS 2024, Menandai Debutnya di Industri Fashion
Pertama sekali desain Pinto Aceh ada, dimulai pada zaman kerajaan Sultan Iskandar Muda. Karena asal Pinto
Aceh atau yang juga disebut Pinto Khop ini berawal dari sang Raja yang ingin menunjukkan rasa cintanya kepada sang permaisurinya yaitu Puteri Kamaliah.
Puteri Kamaliah berasal dari kerajaan Pahang Malaysia, sehingga beliau dikenal dengan sebutan Puteri Pahang. Puteri Kamaliah dipersunting oleh Sultan Iskandar Muda setelah beliau berhasil menaklukkan kerajaan Pahang pada tahun 1929.
Setelah menikah, sang putri di bawa Sultan Iskandar Muda ke Banda Aceh (Kuta Raja). Ketika Puteri Pahang merindukan kampung halamannya yang jauh, maka sang Raja berinisiatif membangun sebuah taman yang indah dengan gerbang kecil yang berbentuk kubah yang disebut Pinto Khop atau Pinto Aceh tadi untuk mengobati
kerinduan hati permaisurinya terhadap kampungnya tercinta.
Gerbang Pinto Khop ini menghubungkan taman permandian sang putri dengan istana, sehingga hanya sang putri dan dayang-dayang sajalah yang boleh melewatigerbang tersebut. Oleh karena itu, lambang Pinto Aceh tersebut mengandung arti cinta–cinta sang raja kepada permaisurinya.
Menurut Cut Hafita Aini, “Cinta adalah perasaan yang harus dimiliki oleh setiap manusia. Karena dengan cinta hidup akan menjadi bermakna. Misalnya cinta Allah kepada hamba-Nya, cinta manusia kepada Tuhannya dan pasangannya, cinta orang tua kepada anaknya, dan sebaliknya. Cinta kepada negerinya, dan lain-lain.”
Motif Pinto Aceh yang indah akan menjadi lebih indah lagi ketika mengetahui makna dan sejarah di balik Pinto Aceh tersebut. Cut Hafita Aini menuangkan desain motif Pinto Aceh tersebut ke dalam desain hijab HAFITAINI dengan penuh cinta, sesuai dengan makna yang terkandung dalam sejarah Pinto Aceh.
Hijab-hijab tersebut dapat dijadikan penutup kepala, atau dapat dipakai sebagai scarf, juga sangat sesuai dijadikan cenderamata untuk kerabat, sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan, dan sebagai hadiah kepada keluarga tercinta.
Dengan desain etnik Aceh ini, Hafitaini ingin mengekalkan dan mengenalkan budaya Aceh melalui hijab kepada siapa saja yang belum mengetahui tentang motif pinto Aceh. Tentu saja terdapat beberapa pilihan warna hijab yang menarik, mulai dari warna yang cerah, dan tersedia juga warna-warna yang lembut.
Semuanya menjadi pilihan yang indah untuk diri sendiri ataupun sebagai hadiah kepada orang-orang tersayang. Kalau bukan kita yang menjaga budaya kita sendiri, lalu siapa lagi? Bagi Cut Hafita Aini, “Pinto Aceh adalah warisan budaya yang tak lekang di makan waktu.”
Salam berkarya untuk semua wanita di dunia! [Wnd]