ChanelMuslim.com- Hari ini bangsa Indonesia memperingati Hari Ibu. Inilah momen untuk menata ulang cinta semestinya untuk ibu.
Sosok ibu tidak asing untuk semua kita. Karena semua yang terlahir pasti memiliki ibu. Ia yang mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan, dan mengajarkan banyak hal.
Ibu merasakan perjuangan berat saat dirinya dipaksa menjadi ibu. Sebuah status baru yang harus ditempuh dengan taruhan nyawa.
Dipaksa, karena siap tidak siap, bisa tidak bisa, senang tidak senang; kodrat menuliskannya bahwa ia harus menjadi ibu. Meskipun itu disambut dengan suka cita oleh ibu.
Ada sesuatu yang amat mahal yang tak lama lagi akan menjadi miliknya. Jauh lebih mahal dari rumah, mobil, perhiasan emas, atau karir keren sekali pun.
Betapa tidak dibilang teramat mahal karena nilainya tidak hidup dalam satu dimensi: dunia saja. Melainkan menjadi aset yang mengantarnya dalam kehidupan akhirat kelak.
Siapa sangka, di balik sosok lemah nan lembut, tersimpan kekuatan luar biasa dari ibu. Kekuatan itu tidak untuk diperlihatkan, tidak juga dihubungkan dengan otot-otot yang mampu mengangkat beban.
Kekuatan itu ada dalam hati ibu. Dari kekuatan itu, segala hal yang nyaris tidak mungkin menjadi mungkin. Bahkan menjadi rutinitas yang mengisi sebagian besar perjalanan usianya.
Siapa yang mau dan sanggup mengangkat beban seberat tiga kilogram setiap hari, setiap jam, setiap saat dan keadaan untuk dipikul selama sembilan bulan. Kemana pun ibu pergi, beban itu akan menyatu dalam dirinya.
Puncaknya, sebuah momen horor yang mempertaruhkan hidup dan mati ibu. Momen itu tidak pernah dipisahkan dengan sesuatu yang merah: darah. Ibu menumpahkan itu di momen kelahiran.
Itulah momen yang memadukan antara takut dan harap, antara darah dan cinta, antara pengorbanan dan anugerah, antara sakit dan bahagia.
Ternyata, dua momen berat itu belum cukup untuk disebut sebagai ibu. Allah subhanahu wata’ala menitipkan hambaNya yang sangat rapuh dan ringkih itu kepada ibu. Untuk dirawat, dibesarkan, dijaga, dan dididik.
Dan kadang tidak cukup satu. Momen dramatis itu bisa berulang dua kali, tiga kali, empat kali, bahkan bisa lebih dari sepuluh kali di setiap hidup ibu.
Allah Yang Maha Mulia sangat memuliakan ibu. Nama ibu disebut-sebut dalam firmanNya yang mulia. Kadang ibu disejajarkan dengan diriNya dalam bakti umat manusia kepada ayah dan ibu.
Ibu juga disebut-sebut sebagai teguran umat manusia untuk mengungkapkan rasa terima kasih. Terima kasih itu disejajarkan antara untuk Allah dan ayah ibu.
Dan ibu, juga dijadikan syarat seseorang untuk bisa meraih surga. ‘Surga di bawah telapak kaki ibu’. Siapa yang dapat ridha ibu, ia dapat ridha Allah. Begitu pun sebaliknya.
Duhai ibu, Allah begitu menghormati dirimu. Allah begitu memuliakanmu. Pencipta, Pemilik dan Penguasa alam raya ini seolah mengucapkan terima kasih atas ikhlasmu.
Meskipun, kadang terima kasih itu tidak kunjung datang dari lisan dan amal anak-anakmu. [Mh]