ChanelMuslim.com- Boleh jadi, inilah sejarah kematian terdahsyat bagi sejarah Amerika. Data menunjukkan, per tanggal 12 April (Ahad), tercatat 555.313 orang positif corona. Dan, sebanyak 20.020 orang tewas setelah mengidap virus asal Wuhan itu.
Siapa sangka, negara yang menyatakan diri sebagai adidaya itu kini benar-benar menjadi negara yang paling tidak berdaya di dunia menghadapi corona. Bandingkan dengan negeri asal virus itu yang korban tewasnya sekitar 3 ribuan, Amerika sudah berada hampir 7 kali lipatnya. Hanya dalam kurun waktu 1 bulan 10 hari.
Angka ini pula menunjukkan bahwa korban tewas karena corona sama dengan 7 kali lipat korban tewas peristiwa 9/11 pada tahun 2001. Padahal, di kasus 9/11 itu, Amerika membuat monumen sebagai peristiwa terbesar sejarah duka Amerika.
Kasus Miris di New York
Dari semua negara bagian di Amerika, New York adalah wilayah yang paling parah terdampak corona. Hampir separuh warga Amerika yang positif merupakan warga New York. Angka yang tewas bahkan sama dengan tiga kali korban tewas di peristiwa 9/11.
Media mungkin masih merekam bagaimana reaksi gubernur New York, Andrew Cuomo, ketika ditemukan kasus kedua positif corona di wilayah dengan akses ekonomi terbesar di Amerika itu pada awal Maret lalu. Sang gubernur berujar, “New York adalah kota dengan sistem pelayanan kesehatan yang terbaik di planet ini.”
Dengan sombong ia menambahkan, kalau pun keadaannya memburuk, tidak akan pernah sama buruknya dengan yang terjadi di negara lain.
Setelah keadaan kian memburuk, dua pekan setelah itu, wali kota New York, Bill de Blasio melakukan langkah tegas. Ia mengumumkan penutupan sekolah, restoran, bar, dan lainnya.
Awalnya, kebijakan ini ditentang sang atasan, sang gubernur Andrew Cuomo. Menurutnya, kebijakan tersebut akan beresiko terhadap masalah ekonomi dan sosial. Saat itu, terjadilah tarik menarik kebijakan yang membuat bingung warga New York, termasuk wilayah yang bersebelahan.
Sepekan setelah keadaan kian memburuk, sang gubernur pun akhirnya mendukung kebijakan bawahannya. Ia pun menambahkan, semua warga New York harus tetap berada di rumah. Sayangnya, keadaan kota yang diistilahkan sebagai kota tak pernah tidur itu pun sudah nyaris tak tertolong. Dalam satu hari, 4 ratusan warga tewas karena corona.
New York telah “menyumbang” Amerika dalam angka korban kematian karena virus mematikan ini sebagai negara pertama di dunia yang paling parah terkena wabah. Dan angka itu menyalip jumlah yang sebelumnya dimiliki Italia.
Trumph dan Mainan Pencitraannya
Publik di Amerika, kini, disuguhi dengan aneka debat yang saling menyalahkan antar pejabat yang berwenang. Sang gubernur dan wali kota New York menyalahkan kepemimpinan Donald Trumph yang lamban dalam menjalankan administrasi tes covid-19.
Sementara itu, sang wali kota juga menyalahkan gubernur yang lamban menyuplai alat ventilator yang dibutuhkan sebagai alat bantu pernafasan pasien.
Di level yang lebih tinggi, para anggota senat mengkritik Trumph yang memanfaatkan wabah corona sebagai momen pencitraan dengan selalu tampil di televisi. Hal tersebut diungkapkan karena Trumph selalu menyengajakan untuk tampil di televisi tanpa ada langkah solusi yang kongkrit.
Terakhir, Trumph menyalahkan organisasi kesehatan dunia WHO sebagai penyebab parahnya keadaan di Amerika. Menurut Trumph, WHO lebih memperhatikan Cina daripada Amerika. Padahal, menurutnya, suplai dana terbesar untuk WHO berasal dari Amerika.
Trumph pun mengancam lembaga ini dengan menyetop bantuan dana dari Amerika tersebut. Tapi terakhir, hal tersebut diralat Trumph.
Inilah wajah asli Amerika. Melalui wabah corona, dunia kini seperti bisa mengukur seperti apa Amerika sebenarnya. Sebuah negara adidaya yang sangat tidak berdaya dengan serangan makhluk terkecil di dunia. (Mh)