PANGGUNG politik Indonesia memiliki warna baru. Yaitu, maraknya organisasi relawan politik untuk Pilpres 2024.
Hal ini terlihat dari munculnya semacam gelombang baru relawan untuk kemenangan Anies Baswedan. Sebagian besar mereka justru aktivis wanita atau kaum ‘emak-emak’.
Apa yang terlihat dari fenomena sejumlah kunjungan Anies ke daerah, relawan emak-emak yang berjumlah ribuan ini sudah menanti dan mengelu-elukan Anies. Setidaknya, hal itu terlihat dari pertemuan Anies dengan relawannya di sejumlah daerah di Medan Sumatera Utara pada Jumat (2/11).
Mereka sudah memadati bandara saat Anies tiba di Medan. Iring-iringan mobil Anies pun berjalan lambat karena mantan gubernur DKI ini menyalami relawan dari atas mobil yang bergerak lambat.
Sementara itu, dikabarkan telah terbentuk forum komunikasi relawan Anies di seluruh Indonesia. Mereka bergabung dalam sekretariat bersama yang disebut Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera atau disingkat Anies.
Menurut aliansi ini, sudah terdapat 170 jaringan Anies di seluruh Indonesia. Mereka tersebar di 28 provinsi dan 300 daerah kota dan kabupaten.
Inilah sepertinya fenomena baru relawan politik di Indonesia. Berbeda dengan relawan ‘siluman’ yang ramai saat ada tawaran uang dan jabatan, relawan yang sebenarnya bergerak atas dasar ketulusan.
Secara kasat mata di lapangan sebenarnya bisa dilihat dengan mudah. Relawan yang tulus tidak berkumpul di lokasi karena ada ‘perebutan’ sembako atau amplop. Sementara relawan ‘siluman’ sebaliknya.
Sejatinya, relawan memang tumbuh secara spontanitas dan bergerak atas dasar kerelaan. Bukan dibentuk atau didesain karena iming-iming dapat sesuatu: uang atau jabatan.
Jika fenomena relawan ini yang kini berjuang, maka dominasi oligarki cukong di balik hajat politik besar seperti Pilpres bisa tumbang dengan sendirinya.
Bukan rahasia lagi, selama ini, oligarki pengusaha besar telah mengungkung hajatan politik di Indonesia. Mereka seolah yang menentukan siapa yang menjadi calon dan berapa pasang calonnya.
Hal ini terlihat dari ambang batas pencapresan sebesar 20 persen kursi perwakilan partai di DPR yang mencalonkan. Dengan cara ini, calon presiden dan wakilnya seolah sudah dipilih sebelum pilpres itu berlangsung.
Mereka pun menguasai jaringan media massa besar di tanah air. Dengan cara ini, mereka bisa merekayasa seribu satu trik pencitraan calon yang dijagokan.
Mampukah aliansi relawan Anies ini membalikkan keadaan yang selama ini berlangsung? Tentu perjalanannya masih lumayan panjang.
Jika berhasil, maka inilah momen kembalinya kedaulatan ke tangan rakyat. Bukan di kantong-kantong segelintir cukong. [Mh]