ChanelMuslim.com- Majelis Ulama Indonesia (MUI) hari ini, Ahad 25 Oktober, akan memulai Musyawarah Nasional kesepuluhnya. Sejumlah pembahasan program sudah disiapkan, dan puncaknya, pemilihan kepemimpinan baru periode 2020-2025.
Majelis Ulama Indonesia akan memulai Musyawarah Nasional (Munas) pada hari ini, Ahad (25/10). Acara yang akan berlangsung hingga Rabu (28/10) akan membahas sejumlah program. Dan puncaknya, akan melakukan pemilihan pimpinan baru periode 2020-2025.
Di Komisi Fatwa, sebelumnya beredar di media sejumlah usulan untuk dibahas. Antara lain, masa jabatan presiden yang diusulkan menjadi hanya satu periode dengan waktu 7 hingga 8 tahun, tentang politik dinasti, tentang bahaya komunisme, dan lain-lain.
Namun belakangan, melalui Ketua Tim Materi Fatwa Munas, Asrorun Ni’am Sholeh, disampaikan bahwa dari sekian usulan ada tiga topik besar yang akan direkomendasikan dibahas. Yaitu, pemanfaatan organ tubuh untuk kepentingan pengobatan seperti teknologi stem cell, zakat perusahaan, serta haji belia dan dana talangan.
Pilihan tiga topik ini menurutnya melihat aktualitas, kemendesakan, dan prioritas. Sementara, usulan-usulan lainnya tidak dibahas.
Banyak pihak menaruh harapan Munas MUI nantinya bisa memberikan maslahat banyak untuk umat. Karena bagi umat, MUI selain sebagai wadah pemersatu berbagai ormas Islam juga menjadi solusi atas berbagai masalah bangsa saat ini. Terutama, yang berkaitan dengan ijtihad secara keislaman.
Meskipun secara hukum, banyak pihak memahami bahwa fatwa MUI hanya sebatas rekomendasi. Artinya, kekuatannya hanya sebatas himbauan dan rujukan untuk mengambil keputusan.
Namun begitu, meski bersifat himbauan, fatwa MUI memiliki kekuatan tersendiri untuk umat Islam yang mayoritas di negeri ini. Apa yang terjadi dalam Pilkada Jakarta beberapa tahun lalu membuktikan hal itu. Bahwa apa yang direkomendasikan MUI ternyata memiliki kekuatan yang lumayan dahsyat dan mampu membalikkan keadaan hingga 180 derajat.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya dalam Munas ini adalah kepemimpinan di periode berikutnya. Inilah mungkin agenda yang paling disorot publik. Siapa yang akan pimpin MUI setelah KH Ma’ruf Amin yang saat ini sudah menjabat Wakil Presiden.
Dalam sejarahnya, MUI menjadi elemen yang sangat diperhitungkan oleh rezim yang berkuasa. MUI pernah bersitegang dengan rezim Orde Baru saat dalam kepemimpinan Buya Hamka, rahimahullah. Dan di akhir masa kejatuhan Orba, di hari pengunduran dirinya, mantan Presiden Soeharto pagi-pagi sekali memanggil Ketua MUI waktu itu sebagai “image” baik tentang dirinya.
Begitu pun di rezim Jokowi periode kedua, posisi Ketua MUI menjadi seperti sosok yang sangat menentukan. Di tengah stigma dan tuduhan PKI waktu itu, kehadiran sosok KH Ma’ruf Amin menjadi variabel yang sepertinya begitu menentukan dalam Pilpres lalu.
Secara hitung-hitungan politik praktis, kepemimpinan MUI periode 2020-2025 ini akan bersinggungan dengan Pilpres 2024 nanti, meskipun momennya masih tergolong jauh.
Meskipun MUI diposisikan koridornya sebagai ruang lingkup keislaman, tapi tetap saja, sosok ulama bagi bangsa ini berada pada posisi tertinggi. Apa yang mereka sampaikan dinilai sebagai rujukan utama.
Tidak heran jika Ustaz Abdul Somad (UAS), seperti dilansir laman Republika menyatakan, “Bicaralah menatap mata penguasa, karena ketua MUI cerminan umat dan ulama yang hanya takut pada Allah SWT.”
UAS berharap, Ketua Umum MUI jangan tergadai karena materi dan tersandera karena jabatan. Karena orang yang tergadai tidak punya wajah untuk mendongak.
Selamat melaksanakan Munas kesepuluh untuk MUI. Umat Islam begitu berharap akan produktivitas dan kepemimpinan MUI berikutnya. Semoga ridho Allah untuk kita semua. (Mh)