Pesepakbola Muslim Prancis, Nicolas Anelka, berbagi pengalamannya tentang Islam setelah dua dekade mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagai seorang Muslim berkulit hitam, Anelka menyesalkan tumbuhnya Islamofobia dan diskriminasi terhadap warga Afrika Utara di Prancis.
“Orang-orang Prancis dengan latar belakang Afrika Utara mencoba untuk membuat hal-hal yang baik, tetapi masyarakat Prancis membuat mereka merasa diabaikan. Ada banyak hambatan di jalan,” kata Anelka kepada Al Arabiya pada hari Sabtu, 28 Maret.
“Misalnya jika Anda mengirim CV dengan kode pos yang salah dan nama anda seperti nama muslim maka Anda tidak akan dipertimbangkan untuk pekerjaan.
“Hanya di Prancis yang Anda butuhkan adalah menyembunyikan nama asli anda jika ingin mendapatkan pekerjaan. Tingkat diskriminasi di sini sudah tidak dapat diterima.”
Situasi bagi Muslim Prancis semakin memburuk akhir-akhir ini, terutama setelah serangan Paris, yang menewaskan 17 orang.
Berbicara tentang kembalinya dirinya ke Islam, Anelka mengatakan: “Saya berusia enam belas ketika saya masuk Islam. Di luar aspek persaudaraan, masuk Islamnya sebenarnya tidak mengubah prinsip hidup saya.
“Saya sudah hidup dengan prinsip yang sama – yang memiliki nilai-nilai. Saya telah berpuasa selama bulan Ramadhan karena saya mengagumi orang-orang yang berpuasa di sekitar saya.
“Apa yang membuat saya masuk Islam adalah karena saya punya keyakinan bahwa Islam itu untuk saya.
“Saya merasa hubungan yang dekat dengan Allah dan membuat hidup saya tercerahkan. Saya punya keyakinan bahwa di dalam hati saya bahwa Islam lah agama saya sesungguhnya,” jelas Anelka.[af/onislam]