SAAT Mati Lampu di Kamar Hotel, sebuah Cerpen yang ditulis oleh Sakura Himawari yang diikutsertakan dalam Lomba Cerpen Ramadan Chanelmuslim.
Ini adalah cerita pengalaman paaaling terburukku.
Jadi hari itu, aku sama keluargaku lagi di hotel.
Saat sampai di hotel, aku dan keluargaku langsung menuju ke lift.
Saat pintu lift terbuka, aku kagum melihat bagian dalamnya yang dilapisi kaca dan pengunjung bisa melihat pemandangan depan hotel dari dalam lift.
Saat sudah sampai di lantai yang dituju, adikku langsung berlarian di lorong yang gelap.
“Awas nanti jatuh, dek!” ujarku setengah berteriak.
“Kamarnya yang mana, Yah?” tanya Abangku, Ihsan.
“Yang itu,” jawab ayahku sambil menunjuk sebuah kamar.
Setelah memastikan kembali dan sudah benar, ayahku menyuruh abang menekan
tombol bel.
“Abang, tekan Bang,” ujar ayahku
Ting tong ting tong, suara bel terdengar di dalam kamar.
“Ya sebentar, sebentar,” suara ibuku sayup-sayup terdengar dari dalam kamar.
Klek klek nyiit. Terdengar suara kunci dan pintu dibuka.
Aku melihat dua kartu tergantung di dinding kamar dekat pintu. Kartu itu biasa digunakan sebagai kunci kamar dan juga akses untuk naik lift.
Setelah itu, aku dan keluargaku mandi lalu disambung dengan shalat Ashar.
Seusai shalat, aku melihat-lihat sekeliling kamar, dan mengecek apa yang ada di
lemari hotel.
Ketika aku buka lemari, ada gantungan pakaian, handuk mandi, sliper, dan juga
sesuatu berwarna silver yang menempel di dinding lemari.
Bentuknya tabung dan
ujungnya seperti corong dan ada lampunya.
Ternyata itu adalah senter.
Jarang aku menemukan ada senter di kamar hotel.
Lalu aku pun melanjutkan aktivitas
bermalas-malasan, yaitu tidur di atas kasur sambil menonton TV,
Tiga jam setelah itu, Maghrib pun tiba, akupun mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Maghrib berjamaah di kamar hotel.
Saat Mati Lampu di Kamar Hotel
Setelah itu aku, abang aku, dan ibuku pergi ke restoran untuk makan malam, tapi aku hanya makan beberapa kue.
Karena ibuku masih ada pekerjaan, ia kembali ke ruang rapat dengan memegang kartu kamar, aku dan abangku pun mau tak mau kembali ke kamar lagi berdua saja.
Setelah sampai di kamar kami, ayah dan adikku bersiap-siap pergi ke restoran untuk
makan malam.
Ayahku mengambil kartu kamar dan keluar, lalu abangku menutup pintu dan saat itu juga kamar hotel gelap gulita.
Mati lampu, sontakku dalam hati.
Aku dan abangku panik.
“Lho, kok mati lampu?! gimana nih, Bang?!” ujarku panik.
“Tenang Mbak, tenang, pertama kita harus cari senter dulu,” ujar Abang kepadaku.
Setelah itu, aku dan abangku berpencar dan langsung mencari senter.
Aku ingat, tadi siang aku membuka lemari dan menemukan senter besar, aku langsung membuka
lemari dan mengambil senternya lalu menyalakannya
Setelah menemukan senter, abangku bilang,
“Mba, abang ke ayah ibu dulu ya, mau minta kunci dulu, kamu tunggu di sini,” ucap
abangku.
“Hah, Mba juga pengen ikut!” rengekku
“Kamu di sini aja, kalo kamu takut, sambil nyalain senter aja,” tegas abangku.
“Yaudah deh, iya,” ujarku pasrah.
Sehabis itu, abangku turun untuk mengambil kunci yang dibawa ayahku.
Aku menunggu di dalam kamar yang sangat gelap, menyalakan senter dan selalu waspada ke kaca make up yang besar yang ada di belakangku.
Karena aku terbayang di film horor, adegan seperti ini adalah ketika tiba-tiba ada makhluk mimpi buruk yang muncul di bayangan cermin!
Tok tok tok!
Deg!!
Suara ketukan pintu kamar membuatku terkejut.
“Siapa?” tanyaku dari dalam sambil berjalan menuju pintu.
Cklek!!
Ternyata itu abang, adik dan ayah ibuku.
“Ibu, Ayah!! Mba takut banget!!” ujarku sambil memeluk ibuku.
Belakangan aku tersadar bahwa penyebab mati lampu adalah kartu kunci kamar yang ayahku ambil.
Kartu itu untuk menyalakan listrik di
kamar, waktu aku sampai di kamar ini, ada dua kartu, satu kartu untuk kunci, dan satu
lagi untuk listrik.
Semenjak kejadian itu, aku sudah tidak ingin sendirian di dalam ruangan gelap lagi.
TAMAT