ChanelMuslim.com- Hai, Namaku Diza ini cerita pengalaman pertamaku masuk pondok pesantren. Ya, aku masuk sekolah boarding di JIGSC tepanya di Daerah Bogor.
Gembira sesaat rasanya, karena perpisahan dengan teman-teman hanya sebentar. Namun setelah sampai di boarding aku banyak bertemu teman-teman baru sampai keasyikan ngobrol.
Baca Juga : Kisah Sutaitah al-Mahamili Sang Jagoan Matematika dari Baghdad
Sekarang masa remajaku kini akan kuhabiskan disini, tak terasa sekarang aku sudah tinggal beberapa bulan di JIGSC. Jujur, di sanalah aku baru menemukan lezatnya thalabul ilmi, dan disanalah aku menyadari betapa banyak nikmat Allah kepadaku yang selama ini lupa kusyukuri.
Memang awalnya apa yang kuharapkan ternyata jauh dari kenyataan. Justru di pondok, aku merasa tidak sebebas dulu. Harus bangun pagi-pagi untuk shalat tahajud harus dalam keadaan mengantuk.
Kisah ini tak pernah kubayangkan sebelumnya. Tak pernah menyangka akan masuk pondok pesantren dengan segala peraturan yang membuatku terkejut.
Beberapa minggu setelah keluar dari SD, aku resmi menjadi santri di JIGSC. Seperti di dunia baru rasanya, sangat berbeda suasananya dengan SD. Akupun mulai berkenalan dengan santri-santri baru yang sama mendaftar denganku.
Dunia pesantren yang disiplin ditambah jadwal pelajaran dan kegiatan yang seakan tiada henti membuat aku mesti beradaptasi.
Baca Juga : Menghayati Cerita Nabi Nuh
Yang semakin membuatku sedih di pondok ketika rasa rindu kepada orang tua muncul. Rasarnya seperti tak tak tertahankan. Namun ustazah disana sangat baik, selalau membuatku tenang disaat aku merasa sedih.
Sekarang aku menyadari menuntut ilmu dan jauh dari orang tua memang sulit, tak harus sesuai apa yang kita inginkan. Bersyukurlah, semua akan indah pada waktunya.
Ditulis oleh Diza, santri kelas 1 SMP Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSC)