ChanelMuslim.com – Gagalnya menampilkan Peraturan Baris Berbaris (PBB). Sekitar tanggal 14 Agustus, guna merayakan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Wali Kelas 9C, Ustaz Ahmad mengumpulkan murid-murid.
Beliau memberi pengumuman bahwa untuk merayakan 17 Agustus, maka semua kelas harus membuat pertunjukkan.
Baca Juga: Badan PBB Konfirmasi Rekor Panas Arktik 38 Celcius dari Tahun 2020
Gagalnya Menampilkan Peraturan Baris Berbaris
Ustaz Ahmad pun bertanya kepada kelas 9C.
“Apakah ada saran untuk pertunjukkan kita?”
Salah satu siswa bernama Ibrahim pun menjawab, “Bagaimana kalau PBB aja agar kelihatan gagah?”
Mendengar itu, murid-murid yang ada di sana pun setuju dengan usulan tersebut. Kami semua pun mulai berlatih di lapangan. Namun, permasalahan timbul karena kami belum menentukan pemimpinnya.
“Siapa ini yang mau jadi pemimpin atau datonnya kali ini?”
Semua yang ada di lapangan itu pun kebingungan. Namun, tiba-tiba, seorang siswa bernama Arkan berkata, “Bagaimana kalau kamu aja Azmi?”
Azmi pun menyetujuinya asalkan semua teman-teman juga setuju. Akhirnya, pasukan PBB itu setuju untuk menjadikan Azmi pemimpinnya.
Semuanya pun mulai berlatih dengan serius. Ustaz Ahmad mulai mengawasi kami dan mengatur barisan agar rapi.
Kami semua berlatih dengan giat dan hanya berhenti ketika waktu istirahat, belajar, dan kegiatan rutin lainnya.
Suatu sore, siswa dari kelas lain bernama Rama menghampiri Azmi yang sedang duduk santai di balkon.
“Kelas kamu tampil apa?” tanyanya.
“PBB. Kalau kamu apa?” jawab Azmi.
“Kalau kelas aku bikin drama tentang perang.”
Percakapan itu pun usai di sana. Namun, percakapan ini juga ternyata menjadi pintu untuk kelas kami bergabung ke dalam pertunjukkan mereka. Keesokan harinya, pada tanggal 16 Agustus, Azmi tiba-tiba tidak terlihat di lapangan.
Teman-temannya ketika ditanya tidak ada yang mengetahui keberadaan Azmi. Akan tetapi, Arkan yang melihat Azmi pun berkata, “Tadi kata Ustaz Ahmad, Azmi dari semalam sakit demam jadi dia tidak bisa datang hari ini.”
Semuanya pun kebingungan. Waktu pertunjukkan makin dekat. Mereka pun mempunyai ide untuk mengganti pemimpin. Sayangnya, semuanya menolak saat ditawari jadi pemimpin karena tidak ada yang sebagus Azmi kepemimpinannya menurut mereka.
Akhirnya, Ustaz Ahmad yang melihat kondisi seperti itu pun harus melakukan pemungutan suara. Ia harus mengambil suara terbanyak terkait kelanjutan pertunjukkan ini.
Saat ditanya apakah setuju pertunjukkan ini tetap dilakukan dengan mengganti pemimpin? Namun, yang hanya mengangkat tangan hanya empat orang saja.
Kemudian, ditanya lagi apakah setuju apabila ikut bergabung dengan pertunjukkan kelas lain? Kali ini, yang mengangkat tangan lebih banyak yaitu tujuh orang.
Terakhir, Ustaz Ahmad bertanya siapa yang setuju untuk mengganti pertunjukkan? Hasilnya adalah yang mengangkat tangan ada lima orang.
Oleh sebab itu, dipilihlah untuk bergabung dengan pertunjukkan kelas lain. Tentunya, mau tidak mau kelas kami harus ikut dengan pertunjukkan kelas lain.
Walaupun menyedihkan, tapi itulah hasilnya. Pada akhirnya, kami berlatih dengan kelas sebelah untuk mengikuti pertunjukkan 17-an. Walau tidak menunjukkan PBB, tapi kami tetap senang bisa menampilkan sebuah pertunjukkan. [Cms]
Cerita Pendek karya Afkha 9A Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS).