SETELAH melalui dinamika panjang dan penuh tantangan, bendera Merah Putih akhirnya ikut berlayar dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) menuju Gaza. Salah satu delegasi Indonesia, Wanda Hamidah, berhasil mendapatkan tempat di kapal terakhir yang meninggalkan Tunisia.
Ini bukan sekadar pelayaran biasa. Ini adalah representasi kebesaran Bangsa Indonesia yang tampil strategis, bijak, dan menghindari ego sektoral di tengah misi yang penuh tekanan dan emosi.
Misi GSF sempat mengalami kebuntuan di hari ke-10 saat bersandar di Tunisia.
Penundaan demi penundaan menyingkap realita pahit: kapasitas kapal tidak sebanding dengan jumlah peserta yang memaksa ingin berlayar.
Semua merasa sudah sejauh ini, kapal sudah di depan mata. Tapi logistik dan keamanan tidak bisa dipaksakan.
Di tengah situasi kritis, Pembina Indonesia Global Peace Convoy (GPC), KH. Bachtiar Nasir, bersama para senior memberikan keputusan mengejutkan namun strategis:
“Jika Indonesia pulang, kita berikan seat kita.”
View this post on Instagram
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Pernyataan ini sempat mengagetkan seluruh delegasi, mengingat Indonesia adalah salah satu kekuatan moral penting dalam konvoi ini.
Mengapa mengalah di saat yang lain ngotot? Itulah pertanyaan besar yang menggelitik banyak pihak.
“Jangan nafsu atau ego dalam perjuangan tanpa ilmu,” ujar KH. Bachtiar Nasir.
Senada dengan itu, Ustaz Husein Gaza menambahkan, “Berhenti bereaksi emosional. Saatnya melangkah strategis.”
Wanda Hamidah Akhirnya Berlayar Bersama Global Sumud Flotilla
Pernyataan ini menjadi titik balik. Delegasi Indonesia melakukan introspeksi, menyadari bahwa keberhasilan misi lebih penting daripada sekadar kehadiran fisik.
Keputusan Indonesia untuk mundur secara sukarela dan menyerahkan 30 kursi kepada peserta lain membuka jalan keluar bagi kebuntuan yang terjadi.
Pihak Steering Committee (SC) GSF menyebut langkah Indonesia sebagai “teladan nyata”.
Bahkan, hampir separuh peserta yang sebelumnya bersikukuh akhirnya memilih mundur demi kelancaran misi.
Satu per satu kapal mulai meninggalkan pelabuhan Tunisia menuju perairan internasional.
Langkah strategis Indonesia belum berakhir. Pembina dan Koordinator GPC memberikan arahan jelas:
“Kita mundur demi kelancaran misi. Tapi jika di akhir ada seat tersisa, kita tetap akan naik.”
Beberapa delegasi Indonesia tetap bertahan di Tunisia, bersiaga dan mengawal proses keberangkatan kapal dari belakang layar.
Baca juga: Sebagai Langkah Strategis, GPC Indonesia Serahkan Jatah Kursinya di Global Sumud Flotilla
Pada akhirnya, Wanda Hamidah mendapat tempat di kapal terakhir pada 16 September 2025, membawa serta bendera Indonesia dan semangat dari seluruh delegasi yang telah berjuang bersama.
GSF bukan sekadar perjalanan laut, tetapi misi kemanusiaan global yang menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza akibat kejahatan yang terus dilakukan oleh rezim Israel.
Indonesia kembali menunjukkan posisinya sebagai bangsa besar yang berpihak pada kemanusiaan dan aqidah, bukan pada kepentingan sesaat atau ego sektoral.
Saatnya kita kembali mengawal, bukan hanya tentang kapal, tapi tentang apa yang ada di balik kapal ini,.
Pantau kapal Wanda di tracker:
https://globalsumudflotilla.org/tracker
Nama kapal: Kaiser, baru berlayar dari pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia.
Misi terus berlanjut, dan Indonesia tetap berada di garis depan perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan di Gaza.[Sdz]