ChanelMuslim.com – Unik, deretan negara ini sediakan pembalut gratis untuk perempuan. Bagi wanita, pembalut saat haid atau menstruasi sangatlah penting.
Namun di luar sana, ternyata ada banyak orang yang tak mampu bahkan untuk sekadar membeli pembalut. Atas dasar kondisi itu, beberapa negara berinisiatif menyediakan pembalut di tempat umum seperti sekolah.
Dikutip dari BBC, istilah period poverty mulai diperkenalkan oleh beberapa komunitas perempuan di negara-negara Eropa dan sebagian Amerika.
Wanita yang berada di bawah garis kemiskinan memiliki keterbatasan akses, khususnya ekonomi sehingga tidak mampu membeli pembalut, tampon, dan produk menstruasi lainnya.
Beberapa negara berikut menyediakan produk menstruasi gratis untuk warganya. Inilah negara-negara tersebut.
Baca Juga: Sahabat Muslimah, Ini Pentingnya Mengganti Pembalut setiap 3 Jam Sekali saat Menstruasi
Unik, Deretan Negara ini Sediakan Pembalut Gratis untuk Perempuan
Australia
Beberapa negara bagian Australia sudah mulai menyediakan produk menstruasi gratis untuk anak-anak usia sekolah.
Hal ini menjadi penting karena banyak anak perempuan yang harus pulang atau meninggalkan kelas karena tak bisa mendapatkan pembalut di sekolah.
Sebagian lainnya dibesarkan di keluarga dengan orangtua tunggal dan merasa canggung saat harus meminta bantuan anggota keluarga laki-laki.
Program dispenser pembalut gratis sudah mulai diujicobakan pada tahun 2019 di beberapa sekolah di negara bagian Victoria.
Negara bagian lain yang menyusul antara lain New South Wales dan Tasmania.
Berdasarkan laporan ABC News, kasus period poverty di Australia kebanyakan terjadi di wilayah pemukiman warga indigenous.
Selandia Baru
Negara tetangga Australia ini menyusul menyediakan pembalut gratis untuk perempuan sejak 2021. Kebijakan pembalut gratis di semua sekolah di Selandia Baru berlaku mulai Juni 2021 dan diumumkan melalui Perdana Menteri Jacinda Ardern secara langsung.
Alasannya tak jauh beda dari Australia, memberikan akses yang sama dan menjamin semua siswi bisa mengikuti pembelajaran tanpa gangguan.
Dikutip dari NPR, sebuah survei dari lembaga penggalangan dana KidsCan menyebut bahwa sekitar 20 ribu siswi di Selandia Baru dari berbagai tingkatan mengalami kesulitan akses produk menstruasi.
Kebanyakan karena faktor ekonomi yaitu harga yang kurang terjangkau dan faktor sosial yang masih menganggap menstruasi sebagai hal tabu.
Skotlandia
Skotlandia menjadi negara pertama di dunia yang membebaskan biaya untuk produk-produk menstruasi sejak tahun 2020 kemarin.
Tidak hanya di area-area tertentu, negara ini berkomitmen memberikan akses penuh untuk warga yang membutuhkan di berbagai tempat seperti apotek, sekolah, dan kampus di seluruh wilayah kedaulatan Skotlandia.
Mereka bisa mengambilnya di beberapa dispenser, meminta secara langsung pada petugas, atau mengisi formulir untuk mendapatkannya.
Dilansir dari BBC, kebijakan ini dipicu oleh temuan bahwa sekitar satu dari 4 pelajar di Skotlandia kesulitan mengakses produk menstruasi karena berbagai alasan, salah satunya harga.
Survei tersebut dilakukan lembaga Young Scot di tahun 2018.
Amerika Serikat
Meski belum semua wilayah, beberapa negara bagian Amerika Serikat seperti California, New York, Illinois, Virginia, dan New Hampshire juga mulai menyediakan produk menstruasi gratis untuk umum.
Sistemnya sama, pembalut dan produk serupa bisa diakses secara mudah dan cuma-cuma di beberapa lokasi di kampus maupun sekolah.
Dikutip dari CNN, selain memberikannya secara gratis di beberapa area, pajak untuk menstrual product sudah dikurangi bahkan dihilangkan sehingga harganya jauh lebih terjangkau.
Prancis
Berdasarkan laporan France24, Prancis mengikuti jejak Selandia Baru dengan menyediakan produk menstruasi gratis untuk semua pelajar yang membutuhkan.
Program ini mulai berlaku di tahun ajaran baru pada September 2021 ini.
Kebijakan tersebut muncul setelah banyaknya mahasiswa dan anak muda yang jatuh miskin karena pandemik dan kesulitan mengakses bahan makanan, apalagi produk menstruasi.
Kenya
Sebelum negara-negara maju, program serupa sudah mulai diberlakukan secara sebagian di beberapa negara Afrika. Salah satunya Kenya yang menggratiskan pembalut dan produk menstruasi lainnya untuk pelajar.
Ini didorong pada data PBB yang menemukan bahwa 1 dari 10 anak di negara-negara Afrika Sub-Sahara harus membolos sekolah karena menstruasi.
Dilansir dari BBC, sebelum digratiskan secara penuh, Kenya sempat menghilangkan pajak produk menstruasi dengan tujuan membuatnya lebih terjangkau. Namun, kebijakan tersebut gagal karena masih banyak orang tidak bisa membelinya.
Afrika Selatan
Dilansir The Borgen Project, sama dengan Kenya, sebagian pelajar perempuan di Afrika Selatan terpaksa membolos sekolah dan melewatkan banyak kesempatan karena tak punya akses pada pembalut.
Gerakan produk menstruasi gratis diinisiasi oleh aktivis dan mahasiswa Afrika Selatan lewat tagar #BecauseWeBleed pada 2018.
Ratusan ribu orang mendukung petisi tersebut dan akhirnya direspon pemerintah dengan memangkas pajak pembalut dan produk serupa. Beberapa sekolah juga sudah menyediakan dispenser gratis untuk siapapun yang membutuhkan.
Botswana
Di tahun 2017, Botswana memperkenalkan kebijakan akses gratis pada pembalut yang bersih dan sudah teruji klinis untuk semua pelajar di sekolah. Alasannya gak jauh beda dengan negara-negara Afrika lainnya.
Menstruasi sering jadi penyebab seorang pelajar membolos sekolah. Faktor ekonomi jadi salah satu penghalang paling besar bagi mereka untuk mengakses pembalut.
Brasil
Menurut temuan UNICEF dikutip dari DW, sekitar empat juta anak perempuan Brasil tidak memiliki akses pada produk menstruasi yang sesuai standar kesehatan.
Masalah yang sama pun terjadi, banyak pelajar perempuan yang kehilangan jam belajar karena mengalami menstruasi.
Sejauh ini baru beberapa kota seperti Sao Paulo dan Rio de Janeiro yang meresmikan kebijakan menstrual products gratis. Namun, kebijakan progresif ini terancam dihentikan karena Bolsonaro mengajukan veto.
Selain sembilan negara di atas, masih ada Kanada, Namibia, dan Korea Selatan yang mulai menerapkan kebijakan serupa di beberapa kota tertentu.
Sering dianggap sepele, nyatanya period poverty masih menjadi kendala bagi sebagian perempuan sehingga menimbulkan masalah baru.
Salut kepada negara-negara yang menyediakan produk menstruasi gratis untuk warganya. [ind]