ChanelMuslim.com – File-file yang bocor pada hari Sabtu kemarin mengungkapkan pandangan dalam yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pemerintah Cina yang terus-menerus menindak etnis Muslim Uighur di provinsi otonomi Xinjiang, China.
Presiden Cina Xi Jinping mendesak pasukan keamanan untuk "sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan" kepada kaum minoritas, sebagaimana dikutip oleh New York Times, yang memperoleh 403 halaman dokumen internal pemerintah .
Dokumen-dokumen tersebut mencakup hampir 200 halaman pidato internal oleh Xi dan para pemimpin lainnya, dan lebih dari 150 halaman arahan dan laporan tentang pengawasan dan kontrol populasi Muslim Uyghur di Xinjiang.
"Kita harus sekeras mereka," Xi menekankan setelah memeriksa pasukan polisi kontraterorisme di Urumqi, ibukota Xinjiang.
Xi juga mendesak partainya untuk meniru aspek "perang melawan teror" AS. setelah serangan teror 11 September
Merujuk pada invasi AS di Irak setelah serangan 9/11, Xi mengatakan Cina harus menjadikan publik sumber daya penting dalam melindungi keamanan nasional.
Laporan itu juga menyoroti bagaimana pemerintah Tiongkok menggunakan kediktatoran sebagai alat untuk memberantas Islam radikal di Xinjiang.
Mengenai siswa minoritas yang meninggalkan negara itu untuk mendapatkan pendidikan di luar negeri, mereka akan diberitahu ketika mereka kembali bahwa "kerabat mereka telah terinfeksi oleh virus radikalisme Islam."
Para pejabat akan mengatakan kerabat mereka menerima "pengobatan karena terpapar Islam radikal" ketika ditanya di mana orang tua mereka.
"Jika mereka tidak menjalani studi dan pelatihan, mereka tidak akan pernah benar-benar dan sepenuhnya memahami bahaya ekstremisme agama," kata dokumen itu, merujuk pada perang Suriah dan munculnya Negara Islam.
"Tidak peduli berapa usia, siapa pun yang telah terinfeksi oleh ekstremisme agama harus menjalani studi," tegasnya.
Dokumen-dokumen tersebut menunjukkan proses indoktrinasi dan interogasi pihak berwenang di Xinjiang untuk mengubah Uyghur, Kazakh, dan Muslim lainnya menjadi pendukung partai yang sekuler dan loyal.
Sebanyak 1 juta orang, atau sekitar 7% dari populasi Muslim Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan luas kamp "pendidikan ulang politik", menurut studi AS dan PBB.
September lalu, Human Rights Watch yang bermarkas di New York merilis sebuah laporan yang menuduh Beijing melakukan kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia terhadap Muslim Uyghur di Xinjiang.[ah/anadolu]