ChanelMuslim.com – Menjadi muslim di Nusa Tenggara Timur adalah menjadi kaum minoritas. Kondisi itu diperparah dengan keadaan ekonomi keluarga yang berada di garis kemiskinan. Jaga keimanan mereka walau hanya dengan segenggam nasi.
Juniarti Abbas (10) adalah salah satu santri di Pondok Manahil al Irfan, Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Orang tuanya hanya petani miskin. Juniarti dan 360 santri lainnya setiap hari terpaksa makan pisang mentah bakar. Jika bosan, mereka makan kelapa tua mentah yang diambil langsung dari pohon. Hanya untuk kenyang, agar tak kelaparan. Baginya ini hal biasa.
[gambar1]
Bagi mereka, makan nasi saja tanpa lauk pun adalah nikmat Allah yang tak terkira. Orang tua mereka rata-rata buruh tani yang miskin sekali. Untuk pendidikan sekaligus hidup anak-anaknya semua diserahkan ke pesantren.
Harapan para santri biasanya adalah kiriman beras dari para donatur muslim yang dikelola Relawan Siaga. Namun kiriman beras dari donatur ke pesantren tersendat belakangan ini. Dengan santri sebanyak itu, kebutuhan beras diperkirakan 80 karung @25 kg atau sekitar 2 ton per bulan. 1 karung senilai Rp250 ribu.
Tim Relawan Siaga berusaha mengupayakan yang terbaik namun belum mampu memenuhi kebutuhan muslim NTT. Justru di tengah kondisi seperti ini, bantuan datang dari pihak gereja dan misionaris dengan misi pemurtadan.
Relawan Siaga mulai mengampanyekan Donornutrisi melalui program Nutrisantri. Cukup dengan 1 kilo beras atau senilai Rp10 ribu, Sahabat sudah ikut membantu menguatkan keimanan saudara muslim di NTT.[ind/rilis]