SEJAK 2019, Pemerintah Swedia telah tutup 17 Sekolah Islam Swasta, para pengkritik menilai bahwa keputusan tersebut adalah bagian dari upaya Islamofobia yang menargetkan komunitas Muslim.
Asosiasi Sekolah Islam mengatakan, sejak 2019, otoritas Swedia telah memperkenalkan kebijakan baru yang mengatur bagaimana sekolah swasta harus dijalankan.
Samsam Ahmad, seorang ayah dengan anak berusia delapan dan 12 tahun mengatakan, “Pada Juli 2021, pihak berwenang menutup sekolah Al-Azhar di Orebro dengan alasan bahwa seorang anggota dewan yang kembali dari perjalanan ke Suriah dapat menjadi simpatisan Negara Islam dan dapat meradikalisasi para siswa, meskipun dia tidak memiliki catatan kriminal,” kata Ahmad dilansir dari Middle East Eye.
Baca Juga: Swedia Beri Hak Cuti 480 hari Bagi Orang Tua Baru
Swedia Tutup 17 Sekolah Islam Swasta Sejak 2019, Diduga karena Anti-Islam
Menteri pendidikan Swedia saat itu, Lina Axelsson Kjellblum, mengatakan pada konferensi pers bahwa pemerintah telah memperkenalkan undang-undang yang bertujuan untuk “melarang pendirian sekolah agama independen”.
Tetapi Asosiasi Sekolah Islam berpendapat bahwa keputusan untuk menutup sekolah Islam adalah bagian dari “retorika anti-Islam” dan tidak didasarkan pada hasil akademik yang buruk atau kekurangan lainnya, tetapi memiliki “motif politik”.
Pihak berwenang Swedia telah menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan mereka berhak untuk mengawasi kegiatan sekolah swasta.
“Alasan mengapa beberapa sekolah dengan profil Islam ditutup tidak ada hubungannya dengan orientasi sekolah independen. Itu karena pemiliknya tidak mengikuti undang-undang Swedia,” Agnes Gidlund, Sekretaris pers Inspektorat Sekolah Swedia.
“Inspektorat Sekolah Swedia dapat membuat keputusan yang berarti bahwa sekolah independen harus ditutup ketika ada kekurangan yang tidak dapat diperbaiki oleh mereka yang bertanggung jawab.”
Setelah penutupan, beberapa sekolah terpaksa mengakhiri sewa gedung mereka, sementara yang lain menjualnya.
Menurut pusat penelitian dan studi MENA, penyebaran sekolah Islam di Swedia dimulai pada 1990-an dengan undang-undang pembentukan sekolah swasta yang didanai penuh oleh pemerintah.
Sejak saat itu, komunitas Muslim, yang merupakan delapan persen dari populasi Swedia, terutama dari Timur Tengah dan Afrika, mendapat manfaat dari undang-undang tersebut, yang memperlakukan sekolah swasta seperti sekolah negeri dalam hal dukungan keuangan.
Namun beberapa Muslim sekarang meyakini bahwa Swedia bukan lagi tempat yang ideal untuk pendidikan anak-anak mereka.
“Saya akan membawa anak-anak saya ke negara di mana mereka bisa dengan senang hati mempelajari ajaran Islam”, kata Samsam Ahmad.
Ia telah mengadakan protes di luar Kementerian Pendidikan menentang langkah tersebut, namun keputusan itu tetap dilaksanakan.
Pada bulan Juli, Ahmad, seperti orang tua Muslim lainnya, diberitahu secara tertulis oleh Inspektorat Sekolah Swedia bahwa sekolah Islam swasta Al-Azhar akan ditutup karena “salah urus”.
“Kami hanya diberi pemberitahuan satu bulan… tapi saya tidak diberi rincian lebih lanjut. Pengajaran Islam merupakan lima persen dari kurikulum sekolah,” kata Ahmad.
Al-Azhar sekarang termasuk di antara 17 dari 19 sekolah Islam swasta Swedia yang telah ditutup di seluruh Swedia sejak 2019.
Ahmad juga menceritakan kekecewaan anak-anaknya saat mengetahui bahwa sekolahnya harus ditutup.
“Anak-anak saya menangis berhari-hari ketika saya memberi tahu mereka bahwa sekolah akan ditutup,” kata Ahmad.
“Ketika saya bertanya kepada mereka mengapa (mereka kesal), mereka mengatakan akan merindukan teman, teman sekelas, dan guru mereka. Mereka tidak tidur nyenyak selama beberapa malam,” katanya.
“Saya sekarang terpaksa merogoh kocek dalam-dalam untuk menyewa seorang guru privat studi Islam di rumah karena tidak ada alternatif lain. Biayanya mahal, hampir $200 per bulan, yang tidak dapat terus saya beli,” katanya. [Ln]