MENINGKATNYA angka kekurangan gizi warga gaza membahayakan kesehatan mereka yang terkena dampak perang Israel, sehingga menghambat pemulihan mereka sepenuhnya.
Dr Mohammed Harara, 28 tahun, baru saja mulai bekerja sebagai dokter umum ketika dia didorong ke garis depan zona perang, dipaksa menjadi ahli dalam segala hal.
Dalam hampir delapan bulan sejak Israel melancarkan serangannya di Gaza, Harara telah menyaksikan lebih dari yang ia bayangkan.
Seperti luka-luka orang cacat yang dipenuhi belatung sehingga dia harus berdiri dan melihatnya tanpa daya.
Karena kekurangan obat-obatan dan bahkan bahan-bahan kebersihan dasar, Harara dan rekan-rekannya tidak mampu membersihkan atau menjaga kebersihan luka yang bernanah.
Yang juga mempersulit perjuangan mereka adalah kondisi fisik pasien yang sangat lemah, yang lambat dalam proses penyembuhan dan dapat menyebabkan serangan mematikan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Perlahan-lahan, kondisi tidak higienis ini menyebabkan tubuh mengalami sepsis dan banyak orang meninggal,” ujarnya.
Para ahli mengatakan meningkatnya angka kekurangan gizi membahayakan kesehatan masyarakat yang terkena dampak perang Israel, sehingga membuat mereka tidak bisa pulih sepenuhnya.
Ahli bedah vaskular asal Inggris, Mahim Qureshi, mengetahui bahwa warga Palestina yang ia rawat selama dua minggu menjadi sukarelawan di Gaza menderita kekurangan gizi yang parah.
Saat dia dan rekan-rekannya dari badan amal Inggris, Medical Aid for Palestines, memasuki wilayah yang terkepung dari Mesir, melalui penyeberangan Rafah, Qureshi mengingat suasana yang ramah.
Tanda Saya cinta Gaza menyambut tim dan cuaca di bulan April dengan sempurna, kenangnya.
“Saya ingat menatap tanda itu, menyadari betapa istimewanya saya bisa datang ke Gaza,” kata Qureshi.
Namun ketika mereka bergerak di sisi lain penyeberangan, kehancuran akibat serangan Israel terjadi dimana-mana, katanya.
Baca juga: Seorang Dokter Menolak Meninggalkan Gaza, Meninggal di Penjara Israel
Serangan Belatung dan Luka yang Tak Kunjung Sembuh Bagi Warga Gaza yang Kekurangan Gizi
Dalam perjalanan ke Deir el-Balah, di Gaza tengah, ahli bedah melihat ribuan pengungsi Palestina, banyak di antaranya sangat lemah dan kurus.
Begitu mereka tiba di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa, Qureshi melihat ratusan pengungsi Palestina yang lemah dan terluka berkerumun di setiap ruang yang tersedia di ruang tunggu, di setiap lantai, di tangga.
Dia sangat sedih melihat anak-anak yang pakaiannya tergantung di bingkai kecilnya, kebalikan dari anak yang sehat yang pakaiannya terus melebihi ukuran mereka, katanya.
Dalam beberapa hari mendatang, dia akan menemui lusinan pasien yang karena kelaparan, kondisi kesehatannya semakin memburuk.
“Orang-orang yang kondisinya sangat bisa diobati atau disembuhkan beberapa bulan lalu, kini menderita penyakit yang sangat parah,” kata Qureshi.
Bagi orang-orang ini, kekebalan dan kemampuan mereka untuk disembuhkan berkurang, tambahnya.
“Kemampuan sel untuk membelah tanpa adanya nutrisi penting yang berasal dari makanan segar dan mereka tidak mengonsumsi makanan segar tersebut dalam jangka waktu yang lama, membuat sangat sulit bagi pikiran dan tubuh untuk melakukan pembelahan pulih dan beregenerasi,” kata Qureshi.
Sumber: aljazeera
[Sdz]