ChanelMuslim.com – Selamat jalan Pak Harmoko (Saya ingin terus menulis sampai mati). Innalillahi wa innailaihi rojiun, telah meninggal dunia Pak Harmoko bin Asmoprawiro pada hari Ahad, 4 Juli 2021 pukul 20: 22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.
Oleh: Abdullah Fikri (wartawan)
Harmoko lahir di Patianrowo, Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939 (82 tahun). Mantan wartawan yang menjadi politikus sekaligus pejabat Indonesia dikenal sebagai Menteri Penerangan Indonesia pada masa Orde Baru, dan Ketua MPR pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie. Harmoko juga pernah menjadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia.
Harian Pos Kota yang sangat dikenal di Jakarta merupakan media yang didirikan Harmoko bersama sejumlah koleganya pada 1970. Sebelum meninggal, meskipun sudah sepuh dan berjalan di atas kursi roda, ia sangat produktif menulis di rubrik Kopi Pagi Pos Kota tiap Senin Kamis dengan topik seputar isu terkini. Ciri khas tulisan-tulisannya hampir selalu mengaitkan isu dengan falsafah Jawa dan Pancasila.
Sejumlah edisi Kopi Pagi beberapa tahun belakangan sudah dibukukan menjadi sejumlah buku. Di antaranya: Tantangan Pemerintahan 2014–2019, Siapa Presiden 2014?, dan Waspada Neoimperialisme.
’’Saya ingin terus menulis sampai mati,’’ katanya di suatu kesempatan.
Harmoko juga memiliki empat pesantren, yakni: Fajar Dunia di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat; Lailatul Qodar di Sukoharjo, Jawa Tengah; Hanacaraka di Wonogiri, Jawa Tengah; dan Al Barokah di Nganjuk, Jawa Timur.
Baca Juga: Selamat Jalan Ustaz Ahzami
Selamat Jalan Pak Harmoko
Harmoko mencetuskan gerakan-gerakan yang terkenal di zamannya. Di antaranya Kelompencapir (Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pirsawan) suatu program acara yang dimaksudkan sebagai alat untuk menyebarkan informasi dari pemerintah dalam format semacam kuis antar petani atau nelayan.
Istilah “Safari Ramadhan” dan “Temu Kader” juga bagian dari cara kampanye terselubung yang dikemas oleh Harmoko saat menjadi politikus Golkar yang populer hingga saat ini.
Bulan Mei 1998, kalau tak salah tanggal 13-15 Mei, rumah Harmoko di kawasan Solo Baru, yang berdekatan dengan Gedung Bioskop termegah di kawasan Solo Raya saat itu, Atrium 21 Solo Baru, dibakar hingga habis di tengah-tengah kerusuhan reformasi yang menuntut mundurnya Presiden Soeharto. Setelah habis terbakar, pemiliknya sudah berganti, bukan Harmoko lagi.
Saat di Jakarta, nama Harmoko juga cukup populer di kalangan sopir dan pengguna angkutan umum di Jakarta. Sebutan jurusan Harmoni–Kota biasa disingkat Harmoko.
Dalam tulisan di rubrik Kopi Pagi edisi terakhir tanggal 1 Juli 2021 yang berjudul “Keadaban Publik”, Harmoko berpesan, “Setiap individu hendaknya lebih bertanggung jawab dengan mengedepankan etika ketika bertiwikrama satu sama lain di ruang publik. Tentu dalam bingkai saling menghormati hak orang lain. Menjunjung tinggi harkat dan martabat orang lain, bukan merendahkan martabat orang lain. Ingat! Dengan sengaja merendahkan martabat orang lain, sejatinya telah merendahkan diri sendiri di hadapan publik.”
Selamat jalan, Pak Harmoko. Semoga husnul khotimah. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.[ind]
tulisan ini sudah tayang di: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10227507141087515&id=1333596993