Chanelmuslim.com – Apa yang terjadi pada akhir pekan lalu di Paris memang tidak mengejutkan beberapa pihak. Terutama pihak intelejen dari beberapa negara sekitar Perancis. Bahkan, prediksi akan terjadi serangan teror sudah diendus intelejen Perancis.
Kalau memang sudah banyak yang mengingatkan dan sudah ada prediksi dari pihak intelejen, kenapa serangan teror bisa leluasa di malam akhir pekan? Inilah salah satu keanehan yang bisa ditelisik dari peristiwa teror Paris.
Fakta-fakta berikut ini sebagai penambah keanehan yang lain. Antara lain:
1. serangan teror tidak jelas sasaran.
Kalau memang teror yang dikabarkan sebagai balasan dari ISIS karena peran Perancis dalam serangan di Suriah, kenapa serangan tidak langsung ke objek militer atau objek strategis pemerintah. Misal, bandara, istana presiden, gedung parlemen, gudang senjata, barak militer, dan sebagainya. Sehingga Perancis mengalami kerugian besar.
Jika mau dilakukan pengandaian, jawabannya adalah karena para pelaku bukan dari kalangan militer terlatih. Melainkan pelaku kriminal seperti perampok, begal, dan sejenisnya, yang tidak memahami nilai strategis sebuah serangan kepada sebuah negara.
Dan salah satu pelaku yang berhasil diidentifikasi menguatkan hal ini. Yaitu seorang yang bernama keluarga Mosefai yang diakui keluarga sebagai penjahat narkoba. Mosefai bahkan dikabarkan pihak polisi Perancis sudah delapan kali masuk penjara karena kasus narkoba dan tindak kriminal lain. Sungguh suatu fakta yang bertolak belakang dengan opini yang berkembang tentang teror gerakan fundamentalis Islam sehingga atribut-atribut yang berlabel Islam harus diwaspadai.
2. Momen dan gedung yang menjadi sasaran
Sejatinya, serangan para militer terlatih seperti yang diklaim sebagai tentara ISIS, akan menyerang pada titik fokus tertentu dan seminimal mungkin meninggalkan jejak.
Kalau yang menjadi sasaran adalah diri Presiden Perancis yang ikut menonton pertandingan sepakbola Perancis lawan Jerman, tentu tidak dengan cara meledakkan diri di luar stadion. Melainkan mencegat iring-iringan atau menyusup kedalam stadion dan melakukan penembakan.
Pengandaian dari jawaban ini adalah para pelaku hanya ingin memberikan rasa takut kepada para penonton dan pemain sepakbola. Masalahnya, kenapa momennya bertepatan dengan kunjungan tim sepakbola Jerman ke Perancis. Bahkan, hotel di mana tim Jerman mengingap diisukan dengan keberadaan bom.
Kenapa Jerman? Karena pelaku ingin menakut-nakuti Jerman betapa sadis dan ganasnya orang Arab asal Suriah. Selama ini, Jerman adalah satu-satunya negara Eropa yang begitu wellcome terhadap pengungsi Suriah.
3. pemilihan restoran, bar, cafe, dan gedung kesenian sebagai lokasi penembakan
Semua lokasi yang disebut di atas adalah tempat berkumpulnya orang-orang kota di malam akhir pekan. Di sana bercampur manusia dari berbagai bangsa, ras, agama, dan profesi. Tidak ada kegiatan atau sosok tertentu yang menarik dari tempat-tempat itu kecuali berkumpulnya banyak orang.
Khusus untuk gedung konser Bataclan. Gedung ini dibangun pada abad ke 18 dan sudah menjadi gedung kesenian sejak lama. Sebelumnya gedung ini milik pengusaha Yahudi yang baru dijual September atau dua bulan sebelum teror Paris.
Kalau pemilihan tempat ini yang akhirnya menelan korban paling banyak yaitu di atas seratus orang sebagai sasaran teror, apa nilai strategisnya? Kalau isunya Yahudi, toh sang pemilik yang Yahudi sudah menjual dua bulan lalu.
Jawaban pengandaiannya, di gedung itu sedang berkumpul ratusan orang yang sedang lengah karena asyik menikmati konser. Di gedung ini pula sedang berkumpul banyak wartawan yang sedang meliput konser tersebut.
Jadi, sasaran utamanya adalah liputan besar ke seluruh dunia.Dan target ini berhasil karena video di youtube tentang kengerian teror Paris berasal dari lokasi gedung itu.
4. keberadaan rompi bom yang dinilai pakar keamanan Perancis sebagai produksi para ahli
Hingga saat ini, belum ada jawaban secara resmi dari pihak Perancis tentang siapa atau perusahaan mana yang memproduksi rompi ini. Karena semua pelaku mengenakan rompi yang bisa lolos dari deteksi petugas keamanan Paris sebagai benda yang sangat berbahaya.
Apa mungkin orang-orang sekelas Mosefai yang pecandu narkoba dan sudah menjadi incaran polisi kriminal mampu membuat rompi canggih ini. Kasus yang sama pernah terjadi di Indonesia, peristiwa bom Bali yang menewaskan ratusan orang.
Para akademisi dari berbagai kampus sangat tertarik bagaimana mungkin seorang Imron yang tidak kuliah dan sebagian besar hidupnya berada di kampung bisa membuat bom semi nuklir. Sayangnya, hingga saat ini misteri itu belum terjawab. Para akademisi mencandai dengan kalimat, “Sepantasnya Imron dapat medali fisika!”
5. keberadaan paspor yang ditemukan dekat jenazah pelaku
Fenomena ini sangat aneh kalau tidak mau dibilang sangat lucu. Bagaimana mungkin seorang para militer asing melakukan serangan berbahaya dengan membawa-bawa paspor. Apa takut ada pemeriksaan pihak imigrasi? Parahnya lagi, paspor ditemukan di dekat jenazah pelaku, bukan di saku baju atau celana dalam supaya lebih masuk akal. Dan kenapa cuma satu orang yang membawa Paspor, yang lain tidak.
Dan baru beberapa saat lalu, pihak keamanan Perancis mendapatkan jawaban soal teka-teki paspor itu. Paspor atas nama Ahmad al-Mohammad, lahir di Idlib Suriah, tanggal 10 September 1990. Pemilik paspor adalah tentara Suriah yang sudah meninggal beberapa bulan lalu.
Fakta ini lebih menggelikan lagi. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal paspornya masih berlaku? Paspor adalah milik tentara rezim Suriah. Dan rezim Suriah adalah lawan dari ISIS yang mengklaim sebagai pelaku serangan di Paris. Orang pun jadi bingung, “Ini yang nyerang di Paris ISIS apa tentara Suriah?”
Jawaban pengandaiannya, orang di balik serangan teror itu ingin memaksa publik agar berkesimpulan bahwa pelaku adalah orang Suriah. Sayangnya, ia kurang canggih meletakkan paspor sehingga berada di luar tubuh pelaku. Atau, ia juga kurang teliti soal siapa pemilik paspor sebenarnya yang ternyata tentara rezim Suriah yang berlawanan dengan ISIS dan sudah meninggal beberapa bulan lalu. Kenapa cuma seorang yang membawa paspor, mungkin karena para pelaku memang bukan orang Suriah tapi orang-orang imigran gelap yang terjebak jaringan kriminal di Perancis dan Belgia yang tak jauh dari kota Paris.