Oleh: Anugrah Ilham
ChanelMuslim.com-
Saya agak terkejut, saat membaca tulisan di Merdeka mengenai pernyataan Yenny Wahid soal survei 58 persen anak rohis ingin Jihad ke Suriah. Yenny mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil survei dirinya ada sekitar 58 persen anggota Rohani Islam (Rohis) di sekolah-sekolah ingin berjihad ke Suriah.
"Anak-anak yang disasar dalam survei ini bukan anak-anak sembarangan. Tetapi mereka adalah anak-anak paling pintar di sekolahnya," kata Yenny.
Saya mengerti pernyataan Mbak Yenny ini karena sebelumnya Kapolri Tito mengungkapkan hal yang sama mengenai Dita, terduga teroris baru pulang dari Suriah, kemudian dihubungkan ke putranya yang bersekolah di salah satu SMA di Surabaya dan menjadi anggota Rohani Islam (Rohis).
Sayangnya pernyataan Kapolri Tito blunder setelah wartawan BBC, David Lipson mewancarai keluarga dan tetangga teroris. Bahwa selama ini mereka berada di rumahnya tidak pernah pergi ke Suriah.
"We spoke to this family, neighbours of the Surabaya Church Bombers today. They're in shock and they dispute police claims the family recently returned from Syria. Say, they've been living here, very visibly for years. So … home grown?" tulis David Lipson di akun twitternya.
Esoknya, Kapolri mengklarifikasi pernyataannya, bahwa Dita tidak pernah ke Suriah.
"Keluarga yang meninggal ini tidak ke Suriah. Ini setelah saya konfirmasi kembali kemarin dengan tim densus yang menangani dikroscek kembali," kata Tito dilansir CNN, Senin (14/5).
Begitu juga dengan Rohis, entah bagaimana Mbak Yenny melakukan survei dan sekolah mana yang disurvei. Isi survei juga tidak diketahui.
Justru rata-rata keinginan anak rohis bukannya berjihad ke Suriah, lagi pula tidak bakal sampai pemahaman mereka tentang jihad Suriah.
Beberapa media lain juga menampilkan isu serupa mengenai Rohis. Sepertinya kasus 6 tahun lalu untuk menyudutkan Rohis kembali diulang.
13 tahun lalu, saya juga anak Rohis. Walaupun agak telat daftar saat kelas dua SMA. Sayangnya, pernyataan mengenai terpaparnya paham teroris itu 0 persen. Justru bukannya paham teroris tetapi pemahaman mengenai agama akan lebih kuat. Jika pemahaman agama itu disamakan dengan paham teroris yang disangkakan selama ini justru berbeda.
Artinya itu hanya asal bunyi saja. Bedakan antara paham mengenai Islam dengan paham teroris. Islam ya Islam, bukan Islam yang teroris, Islam radikal, Islam Liberal dan sebagainya.
Saya akan menutup tulisan ini dengan sebuah lirik yang ditulis mbak Asma Nadia.
Aku anak rohis
Selalu optimis
Bukannya sok narsis
Kami memang manis
Kami aktivis, benci anarkis
Walau kantungku tipis, bukan teroris