Bereaksi terhadap peningkatan serangan yang menargetkan mahasiswi Muslim berjilbab, rektor dari sebuah perguruan tinggi Italia di kota Cervignano del Friuli telah melarang jilbab di kelas. Rektor itu melihat orang yang mengenakan jilbab sebagai tindakan provokatif.
“Menggunakan atribut agama serta berusaha membuat pengakuan agama bisa dianggap tindakan provokasi dan memicu reaksi berupa pengucilan, meremehkan atau penolakan,” kata rektor itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di situs kampus, Internasional Bussines Times melaporkan pada hari Selasa kemarin (17/2/2015).
“Misalnya, sapu tangan atau syal yang menutupi rambut dan kadang-kadang bagian dari wajah gadis-gadis Muslim. Mereka bebas untuk menggunakannya di luar kampus, tapi tidak di dalamkelas.”
Kampus yang terletak di wilayah Friuli-Venezia Giulia Italia ini memiliki sejumlah besar mahasiswa asal Arab.
Keputusan itu diambil setelah beberapa serangan terjadi terhadap mahasiswi Muslim di perguruan tinggi yang mengenakan jilbab.
Seorang mahasiswi Muslim asal Mesir harus dirawat di rumah sakit selama tujuh hari akibat cedera karena luka yang dideritanya karena serangan dari seorang teman Italianya di dalam kelas.
Mengumumkan larangan jilbab, rektor kampus mengatakan bahwa sekolah-sekolah sekuler dan tanda-tanda lahiriah dari agama apapun tidak akan ditoleransi.
Italia memiliki populasi Muslim sekitar 1,7 juta termasuk 20.000 muallaf, menurut angka yang dikeluarkan oleh Istat, badan statistik nasional.[af/onislam]