Islamofobia berkembang di Barat karena para pemimpin negara-negara Muslim tidak bisa menjelaskan kebenaran Islam, ujar Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Dalam pidatonya di International Institute of Advanced Islamic Studies (IAIS) Malaysia pada Selasa kemarin seperti dikutip dari The Star Malaysia, dia mengatakan ketidakmampuan menghapus Islam dari definisi terorisme dunia Barat membuat masalah lebih dari satu miliar Muslim di seluruh dunia.
Dia memilih peristiwa-peristiwa penting seperti Revolusi Iran, reaksi dunia Muslim terhadap buku kontroversial Salman Rushdie, The Satanic Verses, dan serangan 9/11 sebagai momen penting yang melihat bagaimana Islamofobia tumbuh di Barat.
Menurut Imran, Revolusi Iran 1979, yang menggulingkan monarki di sana, dilihat negara-negara Barat sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka.
Selain itu, Islamofobia menjadi lebih buruk pada 1988 dengan kontroversi atas buku Rushdie yang membuat marah umat Islam karena kontennya yang menghujat dan membuat penulis dijatuhi hukuman mati dari Iran.
"Saya menganggap itu adalah kegagalan terbesar kepemimpinan Muslim".
"Mereka seharusnya menjelaskan mengapa itu sangat penting. Orang Barat memiliki sikap yang sama sekali berbeda terhadap agama dibandingkan dengan dunia Muslim".
"Kami perlu menjelaskan kepada mereka mengapa itu (buku) menyebabkan kami sangat menderita. Sebagai akibat (dari kegagalan untuk menjelaskan) ini, Islam dipandang tidak toleran oleh dunia Barat," kata Imran.
Dia mengatakan setelah serangan 9/11 oleh al-Qaeda terhadap Amerika Serikat pada 11 September 2001, para pemimpin Muslim seharusnya keberatan ketika dunia Barat menyebut serangan-serangan ini sebagai tindakan terorisme Islam.
"Apa hubungan tindakan teroris dengan kita?
"Daripada mengatakan Islam tidak ada hubungannya dengan itu dan menghapus Islam dari serangan, dunia Muslim, sayangnya, mulai menggunakan terminologi Barat seperti 'Islam moderat dan Islam radikal'.
"Islamofobia tumbuh lebih besar karena negara-negara Muslim tidak berhenti dan mempertanyakan ini dan mengatakan bahwa Islam dan terorisme tidak memiliki hubungan," tambah dia.
Dia mengatakan tidak ada orang, misalnya, yang menghubungkan pilot kamikaze Jepang selama Perang Dunia II dengan agama, juga tidak ada kasus ketika pemberontak Macan Tamil Sri Lanka membunuh mantan perdana menteri India Rajiv Gandhi.
"Tidak ada yang mengaitkan agama dengan mereka tetapi Islam dan terorisme terhubung," katanya.
Untuk memerangi Islamofobia dan kesalahpahaman yang merajalela tentang Islam, Khan mengatakan Pakistan, Malaysia dan Turki berencana untuk membentuk media sendiri.
Gagasan untuk membentuk saluran TV khusus untuk tujuan ini pertama kali diumumkan oleh Perdana Menteri Tun Mahathir Mohamad pada Desember tahun lalu.
"Ada kebutuhan untuk memberi orang ide tentang apa kesalahpahaman itu serta apa sebenarnya Islam itu.
"Ada juga propaganda ekstremis yang memikat kaum muda ke arah ideologi ekstremis.
"Oleh karena itu, kami berharap untuk keluar dengan media yang juga memberi anak-anak dan non-Muslim pemahaman tentang apa sebenarnya Islam itu," kata Imran, yang saat ini berada di Malaysia untuk kunjungan kerja dari Senin (3 Februari) hingga Selasa ( 4 Februari).[ah/anadolu]