PERTEMUAN ke-15 Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta mendatangkan narasumber yang tak asing di dunia pemikiran Islam, Syamsuddin Arif, Dosen Pascasarjana Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor dan peneliti senior di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS).
Perkuliahan bertajuk Mengenal Filsafat tersebut berlangsung di Aula Imam Al-Ghazali, INSISTS, pada Rabu (04/12).
Di hadapan murid SPI yang terdiri dari mahasiswa, akademisi, dan penggiat pemikiran Islam, Syamsuddin membuka penyampaian materi dengan sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan bahwa filsafat Islam bukanlah penjiplakan dari filsafat Yunani.
Tentu, pernyataan ini menantang pandangan banyak orang yang selama ini memandang filsafat Islam sebagai cabang yang hanya sekadar mengadaptasi atau meniru pemikiran filsuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles.
Ia dengan tegas menyanggah anggapan tersebut.
“Barat sering menganggap filsafat Islam itu adalah salinan dari filsafat Yunani. Padahal, jika kita telusuri lebih dalam, filsafat Islam memiliki banyak perbedaan, baik dalam masalah yang dibahas, konsep-konsep yang digunakan, bahkan bahasa yang dipakai. Filsafat Yunani menggunakan bahasa Yunani, sementara filsafat Islam berbahasa Arab,” tegasnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Dalam penjelasannya, pria kelahiran Jakarta tersebut menggali lebih jauh tentang keunikan filsafat Islam yang tidak bisa disamakan begitu saja dengan filsafat Barat.
Ia mengungkapkan, “Meski ada sejumlah pengaruh dari filsuf Yunani dalam perkembangan filsafat Islam, terdapat dimensi-dimensi baru yang hadir dalam tradisi intelektual Islam. Masalah yang dibahas oleh filsuf Yunani berbeda dengan filsuf Islam, demikian pula dengan pendekatan dan tujuan yang ingin dicapai dalam pemikiran tersebut.”
Lebih lanjut, Syamsuddin juga menyinggung salah satu isu besar yang kerap muncul dalam pembahasan filsafat Islam, yakni perdebatan apakah filsafat itu haram atau halal dalam konteks ajaran Islam.
Ia mengatakan bahwa banyak orang menganggap filsafat adalah sesuatu yang berbahaya dan harus dihindari, sedangkan di sisi lain ada pula yang berpendapat bahwa filsafat adalah alat penting untuk memahami hakikat kehidupan dan Tuhan.
Alumni International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) tersebut kemudian memberikan pandangannya yang lebih moderat.
Perkuliahan SPI Jakarta, Mengenal Filsafat Islam: Menanggapi Stereotip dan Menemukan Identitasnya
Baca juga: Perkuliahan SPI Jakarta, Nativisasi: Munculnya Klaim Agama-agama Lokal
“Tidaklah bijak untuk memandang filsafat dalam kategori hitam-putih, halal atau haram. Filsafat itu haram atau halal bergantung pada kontennya. Imam al-Ghazali pernah mengatakan bahwa filsafat yang berimplikasi pada kekufuran, yang bisa menyesatkan, itulah yang haram. Tapi, ada bagian filsafat yang justru memperkaya pemahaman kita tentang Islam,” ujarnya.
Salah satu murid SPI, Anggita, menyampaikan pendapatnya terkait perkuliahan, “Materi ini menurut saya cukup menguras otak.
Memang tidak semua orang layak dan kapabel untuk belajar filsafat seperti yg dikatakan Al-Ghazali, tetapi saya rasa kita perlu mengerti dasar-dasar filsafat secara umum, sehingga tidak buta dalam menghadapi tantangan pemikiran filsafat di luar Islam yang menyerang kaum muslim.”[Sdz]
Kontributor: Syamsul Huda