ChanelMuslim.com – Tidak ada yang mengira peraih Satya Lencana dari Presiden Jokowi kena OTT KPK. Penganugerahan tersebut diberikan disampaikan pada tanggal 17 Agustus 2016 di kantor Kemenhub. Ia adalah Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Antonius Tonny Budiono.
Tonny ditangkap di Mess Perwira Dirjen Perhubungan Laut di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Rabu (23/8/2017). Dalam operasi tangkap tangan, KPK menemukan uang sekitar Rp 20 miliar.
Dilansir Kompas.com, dari total jumlah tersebut, uang Rp 1,174 miliar berbentuk saldo di rekening bank merupakan suap yang diterima Tonny dari Komisaris PT Adhi Guna Keruktama (PT AGK), Adiputra Kurniawan. Sedangkan sisanya ditemukan KPK, sebanyak Rp 18,9 miliar disita dari 33 tas di kediaman Tonny.
Masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa penerima Satya Lencana dari Presiden bisa tertangkap OTT KPK. Kita ketahui bahwa peraih Satya Lencana merupakan tanda penghargaan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang telah berbakti secara terus-menerus.
Penerima lencana dianggap telah menunjukkan kecakapan, kedisiplinan, kesetiaan dan pengabdiannya pada negara sehingga dapat dijadikan teladan bagi pegawai. Tonny telah mengabdi sebagai pegawai negeri sipil selama 30 tahun, berdasarkan itulah Presiden memberikannya Satya Lencana.
Lulusan S1 Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini bukan orang baru di Kemenhub. Jabatan dan gaji yang tinggi tidak menjamin seseorang melakukan korupsi. Apalagi sudah mendapatkan Satyla Lencana. Tonny terkena OTT KPK terkait proyek tol laut Presiden Joko Widodo.
Proyek tol laut menjadi salah satu program unggulan pemerintahan Jokowi-JK. Proyek ambisius ini diklaim bakal mampu memangkas biaya pengangkutan sejumlah komoditas dari satu daerah ke daerah lainnya, terutama wilayah Indonesia timur.
Entah mengapa pejabat peraih Satya Lencana bisa melakukan korupsi. Sayangnya Tonny hanya meminta maaf seperti tersangka OTT KPK lainnya.
"Atas nama pribadi, mohon maaf kepada masyarakat," kata Tonny, dilansir Kompas (25/8/2017). Tonny mengaku keterlibatannya dikarenakan banyak mafia di Perhubungan Laut.
"Uang itu diberikan para kontraktor untuk menghilangkan rekayasa evaluasi dari para mafia perhubungan laut (Hubla). Menurutnya banyak kontraktor yang dipersulit oleh oknum Hubla dan tidak bisa memenangkan proyek, oleh sebab rekayasa evaluasi yang dilakukan para mafia tersebut," tutur Toni dilansir Kumparan. (Mh/ilham)