KERETA kuda telah menjadi moda transportasi utama bagi penduduk Gaza untuk berkeliling mencari makanan, kebutuhan sehari-hari, atau melarikan diri dari pemboman Israel.
Beberapa minggu lalu, gerobak yang ditarik keledai dan kuda merupakan pemandangan langka di Jalur Gaza.
Penjual hasil bumi dan produk lainnya akan berkeliaran di jalanan, biasanya dipenuhi mobil, untuk mencari pelanggan.
Namun ketika militer Israel melancarkan serangan di Gaza dan mengepung wilayah yang sudah diblokade, kekurangan bahan bakar membuat orang-orang tidak bisa bergerak di sekitar Jalur Gaza dengan mobil mereka.
Baca Juga: 50 Ribu Ibu Hamil di Gaza Hadapi Ancaman Kesehatan
Penduduk Gaza Ganti Mobil dengan Kereta Kuda karena Kekurangan Bahan Bakar
Masyarakat kini terpaksa bergantung pada gerobak yang digerakkan oleh hewan sebagai alat transportasi utama.
Di salah satu jalan Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah, yang biasanya lebih sibuk kini mobil jarang terlihat. Sebaliknya, puluhan gerobak tampak membawa warga dan pengungsi.
Sejak dimulainya serangan skala besar, Israel telah mengurangi pasokan bahan bakar dan gas ke daerah kantong tersebut, sehingga sebagian besar mobil tidak dapat digunakan sejak pekan ketujuh dari serangan tersebut.
“Hari demi hari, semakin banyak pemilik mobil yang kehabisan bahan bakar dan tidak dapat menemukan alat transportasi lain. Gerobak ini diseret oleh hewan; karena mereka tidak membutuhkan bahan bakar atau gas, ini menjadi cara penting bagi kami untuk mengatasi situasi saat ini,” kata Abu Mohammed Azaiza, pemilik kereta dan kuda, dikutip dari Middle East Eye.
“Sebelum perang, kita praktis hanya menggunakan gerobak untuk berkeliling lingkungan dan menjual sayuran, buah-buahan, dan produk-produk tertentu. Saat ini, masyarakat membutuhkannya sebagai alat transportasi karena kita telah mencapai titik di mana tidak ada taksi, dan pemilik mobil tidak bisa mencari bahan bakar,” lanjutnya.
Pria berusia 34 tahun ini mengatakan bahwa dalam beberapa minggu terakhir, ia memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan empat tahun terakhir.
“Saya tidak senang dengan keuntungan yang didapat, dan jika saya diberi pilihan untuk menyerahkan semua uang yang saya hasilkan untuk menghentikan perang, saya akan memilih untuk menyerahkannya,” kata Azaiza.
Azaiza mengenang krisis bahan bakar di masa lalu yang disebabkan oleh serangan Israel, terutama pada tahun 2009 dan 2014, dan penutupan perbatasan, namun menurutnya situasi tersebut jarang mencapai titik di mana hampir tidak ada mobil di jalanan.
“Saya yakin saat ini adalah saat yang paling sulit karena sudah lebih dari 40 hari berlalu dan tidak ada yang tahu berapa lama situasi ini akan berlangsung, bahkan pasukan pendudukan (Israel) pun tidak tahu,” katanya.
[Ln]