Chanelmuslim.com-Awal Februari lalu, masyarakat Muslim Indonesia, khususnya di Jakarta, kedatangan tamu spesial tiga orang duta Muslim Negeri Matador. Mereka adalah Ibrahim Hernandez, Muhsin Sierra, dan Umar Moliniero. Tiga duta muslim Spanyol ini menceritakan bagaimana kehidupan muslim di Spanyol dan perjuangan mereka untuk mendirikan masjid pertama di Sevilla.
Spanyol merupakan negara yang menyimpan jejak kejayaan Islam masa lalu. Jejak itu sempat menghilang dan hanya menyisakan artefak-artefak kuno. Tidak ada masyarakat yang mengamalkan Islam. Jika pun ada, kiprah mereka jarang terlihat selama beratus-ratus tahun.
Keberkahan mulai muncul di Negeri Matador itu. Dalam 40 tahun terakhir, pemeluk Islam menunjukkan pertumbuhan yang mengagumkan. Di kurun waktu tersebut, masyarakat Muslim yang sebelumnya tidak ada kini telah berjumlah mencapai 2 juta penduduk yang tersebar di beberapa kota, terutama di Sevilla dan Granada. Dua kota ini merupakan kota yang menjadi pusat peradaban Islam masa lalu.
Namun begitu, masalah mulai dihadapi umat Islam Spanyol. Mereka tidak punya fasilitas yang mendukung untuk beribadah berjamaah. Tidak ada masjid di sana, terutama di Sevilla dan Granada. Hanya ada musala kecil yang jelas tidak dapat menampung para Muslim yang semakin bertambah.
Hal itu menjadi keprihatinan tersendiri dan membuat sejumlah muslim di sana bergerak untuk mengusahakan pembangunan masjid agung di Sevilla. Dewan Muslim Spanyol lantas mengutus sejumlah duta untuk pergi ke negara-negara berbasis Islam demi mendapatkan dukungan dalam mewujudkan misi suci tersebut.
Ibrahim Hernandez merupakan mantan model yang meninggalkan dunia hiburan untuk melibatkan diri dalam pembangunan sebuah masjid di Sevilla, Spanyol. Sementara Muhsin Sierra dikenal sebagai sosok yang mengikuti betul perkembangan Muslim di Spanyol. Sedangkan Umar Moliniero ialah seorang hafiz Alquran.
Ketiganya mempunyai misi khusus ketika datang ke Jakarta. Tak hanya berbagi ilmu dan informasi mengenai Islam di Spanyol, mereka juga datang untuk membuka pintu solidaritas masyarakat Muslim Indonesia.
Bagaimana perjalanan dan kisah mereka mengenai Islam? Simak perbincangan jurnalis, Maulana Kautsar dengan ketiga orang tersebut pada 10-11 Februari 2016 lalu.
Selamat datang di Indonesia. Bisa jelaskan misi Anda yang membawa ke Indonesia?
Muhsin Sierra: Kami sudah tiga kali melawat ke Malaysia dan ini kali pertama kami berada di Indonesia. Dan di Indonesia kami mendapatkan banyak jamuan. Kami berharap pemerintah, masyarakat muslim di Indonesia dapat membantu kami dalam misi untuk pembangunan masjid di Sevilla.
Seberapa penting keberadaan masjid bagi Muslim di Sevilla?
Muhsin: Sangat penting. Islam terbilang agama baru di Spanyol. Islam baru ada sekitar 40 tahun, sejak masa kejayaannya ratusan tahun silam. Di 40 tahun yang lalu tidak ada masyarakat muslim di Spanyol. Sekarang di Spanyol setidaknya ada 2 juta warga Muslim. Tetapi, tidak ada infrastuktur seperti masjid, sekolah muslim, yang menunjang kami. Sehingga keberadaan masjid itu sangat penting.
Terutama di Sevilla, yang terdapat 20-30 ribu warga Muslim. Di sana hanya terdapat musala kecil, dan sedikit tempat beribadah di mal. Untuk itu keberadaan masjid sebagai pusat berkumpulnya umat Islam sangat penting di sana.
Mr Ibrahim, mengapa meninggalkan dunia modelling?
Ibrahim Hernandez: Seusai bersekolah di Skotlandia, saya menuju ke Cape Town, Afrika Selatan untuk bergabung dan membantu komunitas Muslim di sana. Saat itulah saya ditawari pekerjaan sebagai model. Saya menjalani itu selama sembilan tahun. Bagi saya pekerjaan sebagai model ya hanya pekerjaan semata. Selebihnya, saya beraktivitas layaknya seorang Muslim.
Saya meninggalkan pekerjaan itu, karena padatnya aktivitas sebagai model dan perintah dari guru saya untuk membantu pembangunan masjid di Sevilla.
Muhsin: Ya, kami berdua sudah lama mengenal sejak kecil. Ibrahim dahulu dengan saya pergi ke Skotlandia untuk sekolah selama empat tahun. Dia mendalami kajian Islam di sana. Setahun kemudian saya pergi ke Jerman dan dia menetap. Dia kemudian pindah ke Afrika Selatan. Dia keluar dari dunia model saat puncak karirnya. Baginya pekerjaan di dunia hanya sementara, yang lama adalah pekerjaan untuk akhirat. Untuk itu dia ikut serta dalam proyek ini.
Jadi, Anda bertiga meninggalkan pekerjaan Anda untuk proyek ini?
Muhsin: Tidak. Saya, sendiri memiliki agen travel untuk Muslim dan kami ingin menunjukkan jejak peradaban Muslim di Spanyol. Dan ini Umar Moliniero, kolega saya, seorang hafiz, dia memiliki perusahaan kopi.
Kami biasanya menggunakan waktu berlibur untuk berkeliling dunia dan menginformasikan proyek ini. Sebab, kami percaya apa yang kami lakukan ini akan berguna bagi kehidupan kami di jalan Allah.
Jadi sedang berlibur dari pekerjaan kalian?
Muhsin: Iya, kami sedang berlibur dan menghabiskan waktu liburan kami untuk menginformasikan kehidupan Muslim di Spanyol saat ini. Meskipun lelah dengan jadwal yang ada, kami merasa senang.
Mengenai masjid, sebetulnya ada berapa masjid di Spanyol?
Muhsin: Ada enam. Lima di antaranya dibangun pemerintah Arab Saudi. Sehingga secara jelas mengajarkan doktrin Salafi dan Wahabi.
Nah, satu masjid yang tersisa, terdapat di Granada. Masjid yang umum dan terbuka bagi semua warga dari seluruh dunia. Di masjid itulah Islam tradisi kami ikuti. Kami sendiri menggunakan Mazhab Maliki. Di masjid itu, semua mazhab dan tradisi Islam ditampung dan dihormati secara baik.
Masjid yang Anda bangun akan menjaga tradisi itu?
Ibrahim: Ya, kami ingin menjaga tradisi Islam yang sudah ada. Dan kami ingin menjalankan Islam yang seharusnya. Selain itu pembangunan masjid juga untuk menunjukkan kepada masyarakat di Spanyol, jika Islam adalah agama yang terbuka dan damai. Dengan dibangunnya masjid itu, kami juga ingin menunjukkan bahwa Islam mengajarkan kebaikan untuk semuanya, meskipun jumlahnya di Sevilla hanya sekitar 25-30 ribu orang. Semoga Allah membantu kami.
Bagaimana kehidupan beragama di Spanyol?
Muhsin: Di Spanyol mayoritas penduduk memeluk Katolik. Tetapi, di masa sekarang pengaruh Katolik di sana sudah mulai surut. Kondisi ini dapat dilihat dari mulai menurunnya ketertarikan generasi muda terhadap agama. Banyak anak muda yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka tidak berdoa dan gereja-gereja mulai terlihat sepi.
Jika Anda bertanya kepada mereka, apakah percaya Tuhan, mereka akan menjawab seperti, ‘Saya tidak percaya itu semua, itu seperti legenda, mitos, dan sebagainya.’ Jadi, Spanyol kini bukanlah negara Katolik, tapi negara sekuler.
Lantas kehidupan beragama di Eropa sendiri bagaimana?
Muhsin: Di Eropa sendiri tidak lagi didominasi budaya Katolik. Masyarakat telah liberal dan menjadi bagian dan mengikuti partai politik tertentu. Di Eropa kini, sepakbola adalah agama. Hahaha.
Tantangan Islamofobia menurut anda?
Muhsin: Tadi pagi (Kamis, 11 Februari 2016) saya memberikan penjelasan ini di dalam diskusi. Islamofobia diciptakan oleh media. Media di Eropa menciptakan itu untuk menghancurkan gambaran mengenai Islam. Dampak panjang dari isu tersebut ialah ingin memutus rantai eksodus imigran asal Timur Tengah ke Eropa.
Tapi, ide ini tidak hanya tentang Islam. Sebab, pemerintahan di Eropa ingin mengontrol apa pun yang mereka inginkan. Pemerintah di Eropa ingin menciptakan sesuatu yang seolah-olah berbahaya.
Isu Islamofobia sendiri tidak begitu muncul di Spanyol. Walaupun saat saya dan istri saya, yang menggunakan jilbab, berjalan di muka publik, orang-orang akan melihatnya, ‘Oh, Muslim.’ Tetapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan itu.
Kalau begitu, toleransi sangat tinggi di Spanyol?
Muhsin: Boleh dikatakan toleransi cukup bagus di Spanyol. Meski di beberapa tempat Muslim mendapat penolakan, tapi saya rasa Muslim harus berdiri dan memberi tahu dan menunjukkan jika orang Islam itu orang normal juga dan melakukan hal normal juga dan tidak ada yang perlu ditakutkan dari kami, orang Muslim.
Teroris dan ISIS menjadi tantangan terbesar Islam di seluruh dunia. Bagaimana di Spanyol?
Muhsin: Muslim di Spanyol adalah generasi kedua. Kami terlahir sebagai seorang Muslim. Orang-orang tua kami punya cara yang baik dalam mendidik dan menghindarkan kami dari paham seperti itu.
Tetapi, menurut kami, ISIS bukanlah Muslim dan teroris bukanlah Islam. Baik ISIS dan Teroris hanyalah sekumpulan psikopat yang melakukan tindakan gila. Kami tidak mau memikirkan hal itu.
Di Indonesia, Islam berdampingan dengan banyak agama. Pendapat Anda?
Muhsin: Pendapat saya mengenai Indonesia ialah di sini saya menemui banyak kemacetan. Hari ini saya hampir delapan jam berada di dalam mobil.
Tapi, pendapat saya mengenai keberagamaan di Indonesia itu tidak bagus atau jelek, tetapi seperti inilah yang seharusnya terjadi, ketika setiap orang memberi orang lain kesempatan berkeyakinan. Orang Indonesia melakukan itu sebagai sebuah kewajaran dan kewajaran di saat-saat ini menjadi hal yang tidak biasa. Sangat bangga dengan Indonesia.
Pandangan mengenai Indonesia?
Muhsin: Masyarakat Indonesia sangat terbuka menyambut kami dan itu menyenangkan, begitu halnya dengan nyamuknya. Mereka menggigit saya sepanjang hari. Hahaha…
Orang Indonesia sangat baik, terbuka, dan bersahabat. Pembangunan di sini sangat cepat dan yang paling penting, masyarakat di sini memiliki keikhlasan untuk membantu sesama Muslim. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus ditingkatkan seperti infrastruktur, komunikasi, dan pekerjaan, agar masyarakat mendapat kehidupan yang lebih layak karena kehidupan yang layak akan berdampak pada semua aspek. Saya berharap, semoga Allah dapat menjaga masyarakat Indonesia dalam kondisi yang baik. Insya Allah. Amin.
Umar, mengapa menjadi hafiz? Kapan mulai tertarik?
Umar: Saya memulainya ketika berumur 15-16 tahun. Ketika itu saya sedang bersekolah di School of Mallorca. Saya kemudian melanjutkan mempelajari Islam di Madrasah Maulana Muhammad Wazzani, Maroko. Kami yang belajar di cabang madrasah itu di Mallorca dapat melanjutkan studi ke Maroko.
Di klub sepak bola Sevilla dahulu ada pemain mualaf Frederick Kanoute, apakah dia cukup menjadi panutan Muslim di sana?
Muhsin: Ketika masih bermain, dia salah satu pemain sepak bola Muslim yang luar biasa mendukung Islam. Dia luar biasa. Setelah dirinya pensiun, dia mendirikan mushola di Sevilla dan Granada. Dan salah satu mushola itu diurus oleh Ibrahim.
Dia sekarang tinggal di Dubai. Kami masih sering berjumpa dengan dia saat transit perjalanan dari Malaysia. Sebagai seorang mualaf di usia 21 tahun, dia mendalami dan banyak mempelajari hal mengenai Islam. (ind/dream)