Oleh: Siti Faizah,
Ketua Umum PP Salimah 2015-2020
ChanelMuslim.com- Sebagaimana biduk rumah tangga, adakalanya kisah sedih dan duka hinggap pula dalam keluarga Nabi Muhammad SAW. Kehilangan paman dan isteri yang sangat dicintainya, anak lelaki kesayangan yang dirindukan seorang bapak, peristiwa ifk, kecemburuan manusiawi dalam pernikahan, menginginkan tambahan nafkah dan lainnya. Berbagai bentuk ujian terlewati dan sarat makna.
Keluarga beliau merupakan contoh nyata bukan pencitraan dan bukan rekayasa. Pantas menjadi teladan bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Menunjukkan ibroh, pelajaran yang niscaya berbuah kebaikan demi kebaikan. Memang keluarga pilihan dan penuh keberkahan sepanjang masa.
Mengawali juz dua puluh dua, ayat 31 sampai 34 Surah Al Ahzab, Allah Ta’ala mengajak orang beriman menelusuri keutamaan keluarga Rasul SAW. Keteladanan yang bermula dari keutamaan dan kemuliaan isteri-isteri Nabi Muhammad SAW, tidak bisa disetarakan dengan kaum perempuan di seluruh dunia. Sejarah telah memotret kepatuhan, ketaatan, keberpihakan dan pengorbanan yang sangat besar dalam menegakkan Kalimat Allah yang haq.
Ketika ketaatan dan kebaikan mereka diganjar dua kali lipat, maka perlindungan-Nya terhadap mereka dari perbuatan ‘rijs’, kotor, buruk, cacat, cela, aib, berlaku dua kali penjagaan. Shalawat dan Salam sebagaimana penghargaan yang terucap teruntuk Muhammad SAW dan keluarga teladan sepanjang masa, “Allahumma Shalli ‘alaa (Sayyidina) Muhammad, wa’alaa Aali (Sayyidina) Muhammad”.
Tersebut keutamaan keluarga Rasul SAW agar menjadi contoh hidup dan kehidupan bagi kaum muslimah. Pertama, menunjukkan tipologi perempuan yang taat beribadah, mentaati Allah Ta’ala dan Rasulullah SAW. Sangat menghargai harkat dan martabat Muhammad SAW sebagai suami, sebagaimana dicontohkan oleh Khadijah binti Khuwailid RA, perempuan pertama yang masuk Islam. Ummu Salamah RA, perempuan yang pertama kali hijrah ke Habasyah.
Muslim meriwayatkan dari Juwairiyah RA yang berkata, “Rasulullah SAW datang kepadaku pada saat aku sedang bertasbih di suatu pagi kemudian beliau pergi lagi untuk memenuhi kebutuhan beliau. Sekitar pertengahan siang, Rasul SAW datang lagi kepadaku pada saat aku masih bertasbih. Beliau bersabda,”Engkau masih duduk?” Aku menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, “maukah engkau aku ajari kalimat yang jika dibandingkan dengan semua tasbihmu, maka sama. Kalimat tersebut ialah Subhanallah adada khalqihi sebanyak tiga kali, Subhanallah zinata arsyihi sebanyak tiga kali. Subhanallah ridha nafsihi sebanyak tiga kali. Subhanallah midada kalimatihi sebanyak tiga kali.”
Kedua, merelakan diri dan hartanya untuk mendukung perjuangan dan dakwah, sebagaimana komitmen, pembelaan dan kerelaan Khadijah RA secara moril dan materiil di masa awal dakwah yang penuh kesulitan, telah mendorong keridhaan-Nya. Zainab RA, perempuan terampil, bisa menyamak kulit, melubangi kulit dan bersedekah dengannya di jalan Allah Ta’ala.
Ketiga, demi menjaga wibawa suami, menjaga interaksi dengan orang lain dan sopan santun dalam bertutur kata serta menjauhi sikap, tindakan tidak senonoh. Ummu Habibah RA melipat kasur Nabi SAW agar tidak diduduki Abu Sufyan bin Harb, ayahnya saat masih kafir. Suatu saat Umar RA bertanya kepada Shafiyah binti Huyai RA, ia berkata, “adapun hari Sabtu, sungguh aku tidak lagi mencintainya sejak Allah Ta’ala memberi ganti kepadaku dengan hari Jum’at. Sedang orang-orang Yahudi, sungguh aku mempunyai sanak kerabat pada mereka, jadi aku tetap silaturahim dengan mereka.”
Keempat, menjauhi kebiasaan wanita jahil (tabarruj) dan gaya jahiliah yang dapat merusak reputasi akhlak selaku ibu bagi kaum muslimin. Allah Ta’ala berkenan menurunkan ayat tentang hijab untuk melindungi keluarga Nabi SAW. Zainab binti Jahsy RA dan Saudah binti Zam’ah, keduanya mengikuti saran Rasul SAW menunggu di rumah, tidak melaksanakan ibadah haji wada’. Maimunah RA termasuk orang yang paling bertakwa dan paling menyambung silaturahim
Kelima, menjaga kebersihan hati dan harta melalui penegakan shalat, penunaian zakat secara konsisten. Nabi SAW bersabda kepada Umar RA, ‘sesungguhnya Zainab RA adalah awwahah, wanita yang khusyu’ dan merendahkan diri. Aisyah RA berkata tentang Zainab RA, ‘Aku tidak pernah melihat wanita yang lebih baik agamanya, lebih bertakwa kepada Allah, lebih jujur bicaranya, lebih menyambung silaturahim, lebih banyak sedekah, lebih serius mencurahkan diri dalam amal perbuatan yang ia bersedekah dengannya, bertaqarrub dengan amal perbuatan tersebut kepada Allah daripada Zainab.”
Keenam, meneguhkan keimanan pada umat dengan cara mengajarkan Al Qur’an dan As Sunnah. Kamar Aisyah RA seringkali menjadi saksi bagi penurunan ayat demi ayat Kitab Suci Al Qur’an di rumah dan kamarnya. Aisyah RA meriwayatkan 2210 hadits dari Rasulullah SAW. Terdapat 297 hadits dalam Kitab Shahih Bukhari Muslim. Ketujuh, mensyukuri berbagai nikmat Ilahi yang telah menakdirkan keberkahan hidup bagi keluarga Beliau SAW di dunia tanpa terputus sampai di akhirat.
Seiring momentum Maulid Nabi Muhammad SAW di tahun 1439 Hijriyah, mengajak perempuan Indonesia meneladani sosok perempuan terbaik yang terpilih sebagai pendamping hidup beliau di dunia dan di akhirat. Perjalanan hidup yang sungguh singkat bersama teladan umat sepanjang masa. Namun kisah suci dan tidak ternodai itu selalu hidup dalam sanubari yang penuh keimanan. (Mh)