Chanelmuslim.com- Sejak kecil pikiran Martin Lee John yang tumbuh dan besar dalam kelurga kristiani yang taat, sudah dipenuhi dengan pertanyaan yang menggelayuti benaknya. Hanya saja ia belum pernah menemukan jawaban yang pas dan memuaskan dalam agamanya.
Seiring dengan waktu, Lee John semakin dewasa dan memilih berprofesi sebagai wartawan. Ia terus berusaha menemukan jawaban tentang sederet pertayaan yang berkaitan dengan pemikiran akan esensi kehidupan.
Karena tuntutan profesi, Lee John akhirnya berbaur dengan kaum muslimin di negaranya, Jerman. Sedikit demi sedikit ia mulai menemukan jawaban yang selama ini mengusiknya. Hingga suatu waktu dirinya kemudian dikirim untuk meliput di negara-negara Arab muslim seperti Yaman dan Jalur Gaza Palestina.
Kurang lebih 51 hari, Lee John menetap di Jalur Gaza yang hancur akibat agresi militer Israel. Ia meliput dan merekam peristiwa yang terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu, ia juga mencatat kisah hidupnya selama di Jalur Gaza dengan buku harian yang ia namai dengan istilah “Zeit dan Zaktar.”
Setelah melalui proses berpikir yang cukup panjang, ia merasa sudah tiba masanya untuk memeluk agama yang selama ini ia cari. Kekuatan, kegigihan, dan kesabaran penduduk Gaza menghadapi perang yang berhari-hari melawan Israel semakin menarik perhatiannya.
Ia tidak habis pikir, kekuatan apa gerangan yang menyebabkan seluruh rakyat Palestina di Jalur Gaza mampu bertahan meski kondisi kehidupan serba sulit dan mencekik.
Beberapa hari lalu, terdengar kabar dari Berlin. Martin Lee John akhirnya masuk Islam dengan bantuan salah seorang da’i muslim di sana. Keputusan Lee John ini ternyata berakhir tragis. Ia dipecat dari pekerjaannya. Ia juga dikucilkan dari lingkungannya. Banyak orang yang membencinya dan menuduhnya sebagai musuh agama nasrani.
Berikut ini hasil wawancara antara Martin Lee John (MLJ) dengan koresponden Kantor Berita El-Shafa (KBS).
KBS: Apa yang mendorong Anda untuk memeluk agama Islam?
MLJ: Saya dibesarkan dalam sebuah keluarga Kristen yang taat beribadah. Saat sekolah dulu, saya sering ikut les pendidikan agama protestan. Dan di umur 14 tahun, saya sering mengajukan pertanyan tentang agama dan pemikiran. Hanya saja, saya tidak pernah puas dengan jawaban yang saya dapatkan dalam agama saya. Menurut saya, agama yang tidak bisa memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan, maka yakinlah agama itu bukanlah agama yang benar.
Pada tahun 2003, saya berkesempatan mengunjungi Yaman. Di sana saya bertemu dengan beberapa ulama muslim. Saya kemudian berbaur dengan kaum muslimin dan masuk ke dalam masjid. Entah mengapa, saat itu saya merasakan ketenangan batin setiap saya masuk ke dalam masjid. Saya merasa hidup saya lebih aman dan damai.
Saya benar-benar tertarik dengan akhlak dan perangai kaum muslimin yang saya temui di sana. Ketika saudara perempuan saya meninggal dunia, saya semakin penasaran dan ingin menemukan jawaban tentang rahasia hidup dan mati yang manusia jalani. Saya juga terus bertanya tentang hakikat wujud dan eksistensi Tuhan.
Saya yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa dunia yang kita huni ini diatur oleh Zat yang Maha Agung. Lihat saja, keteraturan penciptaan alam semesta ini.
Kesimpulannya, saya menemukan semua pertanyaan yang selama ini menggangguku dalam agama Islam. Saya merasa Allah Swt. memberi saya hidayah (petunjuk) sejak awal, hanya saja saya baru meresmikan keislaman saya hari ini. Saya berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Syaikh Khidir Abdul Muhti yang membantuku untuk memeluk agama Islam.
KBS: Apakah keberadaanmu di Jalur Gaza juga mempengaruhi keputusan Anda untuk memeluk Islam?
MLJ: Saya bersaksi bahwa penduduk Gaza adalah bangsa yang sangat kuat pemberani . Meski blokade dan isolasi yang diberlakukan Israel membuat hidup mereka serba sulit, mereka tidak pernah menyerah apalagi harus meninggalkan agamanya. Mereka bisa bertahan hidup seadanya. Meski hanya dengan mengkomsumsi buah zaitun dan zaktar.
Saat meliput di Jalur Gaza, saya lebih banyak berada di luar hotel bahkan tinggal berhari-hari bersama rakyat Gaza untuk menghasilakn laporan yang benar-benar nyata tentang situasi dan derita yang mereka alami.
Perasaan saya benar-benar hancur saat melihat jasad-jasad para syuhada yang tergelatak di sepanjang jalan. Saya melihatnya, pikiran saya dipenuhi pertanyaan, “Apakah nyawa manusia-manusia ini begitu murah, lalu berakhir dengan begitu saja? Ataukah ada Tuhan yang akan membalas perbuatan yang menzalimi mereka ini?
Pikiran saya selalu dipenuhi banyak pertanyaan terkait falsafah kehidupan dan kematian. Saya sangat mencinta Jalur Gaza dan ingin menetap di sana lagi.
KBS: Hal apa yang paling menarik dari Islam menurut Anda?
MLJ: Hal yang paling menarik yang saya temukan dalam Islam, bahwa segala sesuatu bisa kita pahami dengan sejelas-jelasnya. Tidak ada hal yang samar-samar dalam Islam. Hanya saja nama baik agama ini justeru dirusak oleh sebagian pengikutnya sendiri sehingga dunia barat menjadi salah salam memahami Islam.
Hal menarik lain dalam Islam, bahwa agama ini sangat sempurna untuk mengatur kehidupan pribadi dan keluarga. Islam juga mengajarkan bagaimana kita menghargai tentangga meski berbeda agama. Dan saya begitu bahagia karena kini menjadi salah satu bagian dari umat Islam.
KBS: Apa respon keluarga dekatmu saat mereka tahu bahwa Anda telah masuk Islam? Apakah Anda dimusuhi?
MLJ: Sejak dulu keluargaku sudah tahu betapa saya sangat kagum dengan agama Islam. Mereka sampai berkata, ‘Ini hanyalah masalah waktu, John. Tidak lama lagi kamu benar-benar akan masuk Islam.” Kawan-kawan dekatku pun pernah berkata sama, “Sikap dan perangaimu sudah seperti orang-orang Islam. Bedanya kamu belum mengucapkan dua kalimat syahadat saja.”
Adapun respon dari orang lain dan tempat di mana aku bekerja, saya akhirnya dipecat dari pekerjaanku. Saya juga dikeluarkan dari keanggotan partai karena sikapku yang mendukung masalah-masalah Palestina.
Mereka menuduhku telah menjadi musuh agama nasrani. Semua itu karena saya melaporkan fakta yang sesungguhnya tentang perang di Jalur Gaza. Terakhir, saya sudah tidak dizinkan masuk ke wilayah Israel.
KBS: Kenapa Anda begitu membela rakyat Palestina?
MLJ: Saya mendukung perjuangan setiap bangsa yang ingin hidup di negeri sendiri. Saya menilai bahwa Israel-lah yang selama ini menghambat semua usaha menuju perdamaian. (Mh/suarapalestina.com)