ChanelMuslim.com – Limbah akan meningkat sebesar 70 persen pada tahun 2050. Selain itu, pada tahun yang sama, tingkat konsumsi dunia akan terus meninggi. Hal ini diakibatkan pertumbuhan populasi, meningkatnya produksi, dan meningkatnya konsumsi.
Baca Juga: Abu Batubara Dihapus dari Kategori Limbah B3
Mengonsumsi secara Proporsional
Hal ini disampaikan oleh Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket dalam acara “European Union Ambassador Talk Climate Change and Circular Economy” Selasa, (6/7/2021)
Menurutnya, dari peningkatan itulah kita menjadi cepat mengeksploitasi dan menghabiskan sumber daya.
Konsumsi bahan bakar fosil atau mineral, dan metal akan meningkat, sehingga menyebabkan limbah dan sampah juga meningkat sebesar 70%.
Sebelum semua itu terjadi, Piket pun mengajak semuanya agar mengonsumsi secara proporsional.
“Saat ini, kita sungguh menguji batasan bumi dengan konsumsi yang banyak. Kita harus kembali mengubah cara hidup kita, cara konsumsi kita agar tetap proporsional dan sesuai dengan limit atau kapasitas,” ujarnya.
Oleh sebab itu, guna mengatasi masalah tersebut, Uni Eropa telah menerbitkan sebuah dokumen atau proposal yang disebut sebagai European Green Deal pada Desember 2019 lalu.
Nantinya, European Green Deal ini diharapkan membuat Uni Eropa menjadi negara netral iklim yang pertama pada tahun 2050.
Baca Juga: Pembuangan Limbah Tailing Nikel, Pemerintah Harus Hati-Hati
European Green Deal jadi Solusi Pencegah Limbah yang akan Meningkat
Kemudian, terdapat juga paket tindakan atau kebijakan dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, industri, perkotaan, pertanian, transportasi, dan ketentuan yang mengatur kemanfaatan sumber daya alam.
“Di European Green Deal, kita meningkatkan ambisi uni eropa untuk tahun 2030.
Uni Eropa berkomitmen menurunkan emisi sebesar 55%. Kita akan kurangi sebesar 55% pada tahun 2030,” tambahnya.
Pada tahun 2050, emisi CO2 akan dapat dinetralkan dengan berbagai upaya, seperti penanaman pohon.
Uni Eropa akan melakukannya selama 10 tahun ke depan. Selain itu, dengan mengurangi emisi CO2, maka akan mengurangi dampak buruk terhadap iklim.
Piket juga menyampaikan bahwa jelas transisi energi merupakan kunci bagi semua upaya ini untuk mengurangi penggunaan bahan bakar yang tidak terbarukan.
“Hal ini mudah untuk dikatakan, tetapi merupakan suatu tugas yang sangat besar karena semua negara mengandalkan bahan bakar ini. Kita masih jauh dari target yang ingin dicapai dalam pangsa pasar energi yang terbarukan,” ujar Piket.
Semua negara tidak hanya ingin segera beralih ke energi terbarukan, tetapi ingin juga melakukan penggunaan lebih sedikit energi.
Dalam jangka panjang, mobil bisa lebih hemat dan efisien. Mungkin lebih mahal, tapi akan lebih bermanfaat dalam transisi energi.
Acara “European Union Ambassador Talk Climate Change and Circular Economy” merupakan acara yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Pontianak bekerja sama dengan Uni Eropa.
Acara ini mengangkat tema “Climate Change and Circular Economy” yang diadakan via Zoom Meeting. Vincent Piket memaparkan bagaimana upaya Uni Eropa dalam mengatasi perubahan iklim dan melakukan ekonomi sirkular. [Cms]