ChanelMuslim.com – Perdana Menteri Perancis dikritik oleh mahasiswa, kelompok advokasi Muslim dan bahkan oleh pejabat pemerintahnya karena melarang jilbab di universitas.
PM Manuel Valls sebelumnya telah menyerukan posisi “tanpa kompromi” dalam pelaksanaan aturan sekularisme dalam pendidikan tinggi termasuk di dalamnya melarang jilbab.
Dia juga mengatakan kepada Liberation bahwa Islam tidak sesuai dengan kehidupan di Prancis. Yang mengherankan komentar Perdana Menteri itu datang hanya beberapa minggu setelah pemerintahnya meluncurkan #Everyone UnitedAgainstHate, sebuah kampanye anti-kejahatan kebencian.
Komentarnya juga datang seminggu setelah Menteri negara urusan Keluarga, Anak-anak, dan Hak-Hak Perempuan, Laurence Rossignol, membandingkan jilbab yang dikenakan perempuan dengan Negro Amerika pada masa perbudakan.
Prancis sendiri sudah memiliki undang-undang yang melarang pemakaian simbol-simbol agama di sekolah umum dan hukum yang melarang niqab di depan umum pada tahun 2011.
Menteri Pendidikan Prancis juga menentang larangan jilbab di universitas dengan bersikeras bahwa sebagai orang dewasa, siswa bebas untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
Najat Vallaud-Belkacem juga mempertanyakan tentang implikasi larangan jilbab terhadap mahasiswa asing, “Apakah kita akan melarang mereka karena dalam budaya mereka ada jenis tertentu terkait pakaian?”
Sekretaris Negara untuk Pendidikan Tinggi, Thierry Mandon, juga mengatakan setiap larangan jilbab yang diusulkan sama sekali tidak perlu. “Apa yang saya dengar dari semua presiden universitas adalah bahwa tidak ada masalah dengan jilbab,” kata Mandon.
Dia menambahkan bahwa para siswa yang mengenakan jilbab adalah orang dewasa yang memiliki hak untuk tetap mengenakan jilbab karena jilbab tidak dilarang dalam masyarakat Prancis.[af/muslimnews]