Chanelmuslim.com-Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Asrorun Niam Sholeh menilai peristiwa terbunuhnya Siswa SMA Taruna Nusantara, Krisna Wahyu Nurachmad, melahirkan trauma mendalam bagi keluarga dan teman-teman sekolahnya.
Dengan reputasi yang dimiliki SMA Taruna Nusantara, insiden pembunuhan siswa jelas mengguncang institusi dan juga para siswa. Apalagi kejadian ini pertama kali sejak 27 tahun berdirinya SMA Taruna Nusantara.
“Kepribadian menjadi terpecah dan gangguan psikologi bagi anak-anak lainnya,” kata Asrorun saat diwawancara stasiun television TVOne, Senin, (3/4).
Dalam kasus ini, Asrorun mengingatkan perlu pemulihan trauma korban dan proses hukum pelaku, tetapi tetap harus memenuhi KPAI juga mengingatkan pemberitaan-pemberitaan terkait kasus ini.
“Termasuk kronologi tindak pidananya. Jangan sampai (pemberitaan-red) jadi sekolah dalam tanda petik, bagi anak-anak untuk melakukan tindak pidana,” ujarnya dilansir website KPAI.
Asrorun mengungkapkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak mensyaratkan adanya pemulihan restoratif. Bagi anak-anak berusia di bawah 12 tahun, yang melakukan tindak pidana, maka putusannya adalah pembinaan di luar pengadilan.
Sementara, anak-anak yang sudah berusia di atas 14 tahun, maka tetap bisa melewati proses hukum formal. Tentunya harus sesuai dengan kaidah hukum peradilan anak.
“Koridor untuk tidak dipublikasikan ke masyarakat harus tetap diperhatikan. Ini untuk kepentingan pemulihan dan hak dasar anak,” tegasnya.
Sebelumnya, Krisna Wahyu Nurachmad ditemukan tewas di kamar 2B barak G17, Komplek SMA Taruna Nusantara, Jumat, 31 Maret 2017 pada subuh hari. Dia ditemukan dengan luka tusuk di leher.(Ind/Ilham)