Chanelmuslim.com – Kita merasa saat masalah dan kesempitan mendera, saat itulah Allah tengah menguji. Dan saat lapang dan bahagia bukanlah ujian.
Sesungguhnya bentuk ujian bisa dengan kebaikan atau keburukan. Ibtila’ atau ujian adalah salah satu sunatullah yang berlaku atas pengemban dakwah sejak permulaan sejarah.
Pada dasarnya, hidup ini adalah kepayahan dan kepayahan. Di dalam hidup ini, kebahagian adalah perkara yang langka, kegembiraan adalah sesuatu yang jarang menghiasi dunia ini. Allah Ta’ala pun tidak merelakan dunia sebagai tempat menetap bagai para wali-wali-Nya.
Jika saja dunia ini bukan negeri ibtila’ atau ujian, tentu tidak ada segala macam penyakit dan kesedihan. Para Nabi dan Wali-Nya tentu lebih mudah dalam menjalankan dakwah-Nya.
Manusia akan diuji dengan kematian dan sakit, dengan harta dan anak, dengan tetangga dan teman, dan masih banyak lagi. Setiap ujian yang akan menimpa manusia tak akan luput darinya, dan setiap ujian yang meleset darinya juga tidak akan menimpanya.
Pun dengan kelapangan dan nikmat yang kita terima, adalah bagian dari ujian. Kita akan diuji dengan berbagai macam ujian, baik dengan sesuatu yang disenangi oleh jiwa berupa kemudahan dalam hidup atau kelapangan rizki, dan juga akan diuji dengan perkara yang tidak kita sukai, berupa kemiskinan, kesulitan, musibah atau yang lainnya.
Allah Ta’ala berfirman:
????? ?????? ????????? ????????? ?????????????? ?????????? ??????????? ???????? ??????????? ???????????? (35)
“Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiya: 35)
‘Abdullah ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Maksudnya, Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, serta petunjuk dan kesesatan. (Tafsiir ath-Thabari, IX/26, no. 24588).
Inilah sunnatullah yang berlaku pada para hamba-Nya. Karena itu kita akan selalu melihat dua sisi berlawanan ini berdampingan. Ada yang miskin dan ada yang kaya. Ada yang tengah menghadapi berbagai masalah entah dalam keluarga atau pekerjaan dan ada yang tengah berbahagia karena prestasi atau karunia yang diterima.
Segala nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah ujian bagi kita, apakah kita akan menjadi hamba-Nya yang bersyukur ataukah menjadi orang yang kufur. Sungguh benar apa yang diucapkan oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis salam tatkala mendapatkan nikmat, beliau mengatakan
????? ???? ?????? ??????? ?????????????? ?????????? ???? ???????? ?????? ?????? ?????????? ???????? ?????????? ?????? ?????? ??????? ??????? ??????? ???????? (40)
“Ini termasuk karunia dari Rabb-ku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah mengingkari (nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabb-ku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml: 40).
Manusia selalu dalam keadaan merugi, kecuali yang beriman dan beramal shaleh, serta menjadikan kebenaran dan kesabaran sebagai tuntunan hidup. Setiap keadaan saat lapang dan sempit tidak luput dari kehendak Allah swt., karenanya kita harus ridha pada qadha dan takdir Allah.
Kebahagiaan seluruhnya berada dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Keberuntungan berada dalam jalinan hubungan antara kita dengan Allah. Tidak ada yang dimiliki seorang hamba yang lebih bermanfaat daripada rasa syukur dan tobat kepada-Nya. Sungguh Rabb kita Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri, mencurahkan kenikmatan kepada mahluk-Nya, menetapkan rahmat atas diri-Nya. (w)
Referensi : Amalan Penghilang Susah, Musthafa Syaikh Ibrahim Haqqi, Penerbit Aqwam