ChanelMuslim.com- Serangan di trotoar dan halaman depan gedung parlemen Inggris pada Rabu (22/3) waktu setempat menunjukkan kecurigaan tersendiri. Belum lagi polisi merilis pelaku tunggal itu, media massa di seantero Eropa, bahkan Rusia sudah merilis identitas pelaku. Dan lagi-lagi, sosok pelaku yang dirilis media seorang penceramah, Abu Izzuddin.
Rabu kemarin menjadi hari yang paling heboh di Inggris dan Eropa umumnya. Pasalnya, seorang pria tiba-tiba menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki di sepanjang trotoar jembatan Westminster Bridge yang tak jauh dari gedung parlemen.
Mobil pun terus melaju di sepanjang trotoar hingga memakan banyak korban pejalan kaki. Mobil baru berhenti di area depan gedung parlemen. Pelaku yang diduga tunggal turun dari mobil dan langsung menikam sejumlah polisi penjaga gedung parlemen.
Dari kejadian itu, dilaporkan 5 orang tewas termasuk pelaku, dan sekitar 40 orang pejalan kaki mengalami luka-luka. Polisi pun melakukan pengamanan lokasi.
Stigma Muslim sebagai Teroris
Hanya beberapa saat kejadian berlangsung, tiba-tiba sejumlah media di Inggris dan Eropa umumnya merilis foto pelaku. Ia bernama Abu Izzuddin, seorang yang dikenal aktif mengisi ceramah keislaman di Inggris.
Padahal, hingga saat ini, polisi belum merilis identitas pelaku. Baik berupa foto, dan identitas lain.
Spekulasi pun meluas dan dihubungkan dengan satu tahun serangan teroris di Brussel yang menewaskan banyak orang. Dalam serangan itu, pelaku diyakini terkait dengan ISIS.
Rilis foto pelaku dengan busana jubah dan sorban putih seperti yang dialamatkan ke Abu Izzuddin di serangan ini, mengingatkan publik dengan tuduhan seorang ulama bernama Abdurrahman pada serangan di Oklahoma, Amerika, beberapa tahun lalu.
Syaikh Abdurrahman bahkan mengalami penangkapan oleh polisi anti teror Amerika. Menariknya, sosok yang dituduhkan itu, walaupun kerap berjubah dan bersorban putih, tapi buta, alias tidak bisa melihat. Tapi, polisi dan publik Amerika berkeyakinan bahwa dialah pelakunya.
Belakangan, baru tertangkap pelaku sebenarnya. Ia adalah Timothy Mcveigh, seorang desertir militer dan bukan muslim, bule; sama sekali tidak berhubungan dengan Islam.
Berkaitan dengan stigma media massa bahwa pelaku serangan di parlemen Inggris adalah Abu Izzuddin, pengacara yang bersangkutan menyangkal keras. Pasalnya, orang yang dituduhkan tersebut saat ini masih dalam penjara karena tuduhan lain.
Logika Serangan Terorisme
Serangan terorisme di Eropa yang dikait-kaitkan dengan ISIS atau umat Islam sepatutnya membangun daya kritis publik. Pasalnya, negara-negara di Eropa yang menjadi target serangan terorisme merupakan negara yang welcome terhadap komunitas muslim: Inggris, Jerman, Perancis, dan Belgia.
Bahkan, di empat negara Eropa tersebut, perkembangan umat Islam dan dakwah Islam begitu fantastis. Tidak heran jika pimpinan salah satu parlemen Eropa mengkhawatirkan terjadinya perubahan jatidiri warga Eropa.
Data lain juga menunjukkan bahwa angka kelahiran bayi di negara-negara tersebut begitu pesat, di banding negara Eropa lainnya. Dan yang menarik, nama-nama bayi tersebut selalu identik dengan Islam: Ahmad, Muhammad, Abdullah, dan lain-lain.
Logikanya, bagaimana mungkin umat Islam melakukan serangan terorisme terhadap sebuah negara yang sangat baik terhadap mereka.
Ini logika sederhana. Logika lainnya adalah kalaupun ada pelaku terorisme yang berkaitan dengan aliran garis keras seperti ISIS, tentu, yang menjadi target paling layak dan pantas adalah Israel. Karena negara inilah yang paling jahat dan menyatakan terus terang permusuhan terhadap Islam dengan menjajah dan membantai warga Palestina.
Anehnya, justru di negara Israel ini tidak ada sama sekali pelaku terorisme. Setidaknya, belum ada kabar bahwa ISIS menyerang warga Tel Aviv atau lainna.
Kalau pun mau diperluas area serangan di luar negeri Israel. Justru yang paling patut dan layak sebagai target serangan adalah kantor kedubes Israel di Eropa.
Tapi anehnya, hingga saat ini, dari sekian banyak berita terorisme, tak satu pun ada yang dialamatkan ke gedung dubes Israel. Aneh bin ajaib.
Kalau mau menghubung-hubungkan terorisme dengan operasi intelijen, saat ini hanya satu intelijen di dunia yang bisa mengakses berbagai negara. Intelijen tersebut adalah Mossad, atau Israel.
Inilah intelijen dengan jaringan terluas. Mulai dari Suriah, Irak, Mesir, seluruh kawasan Eropa, dan Amerika. Jaringan ini pula yang saat ini menguasai hampir seluruh media internasional di Eropa dan Amerika.
Sayangnya, dunia sudah terkooptasi dengan stigma negatif yang dibangun Israel. Bahwa, Islamlah yang paling layak menjadi tertuduh sebagai pelaku terorisme. Padahal arti sederhana dari Islam adalah damai, dan muslim adalah orang yang cinta perdamaian. (mh/foto: mirror)