Sambil mendirikan kamp-kamp darurat untuk tahun keempat, pengungsi Suriah di Lebanon harus menghadapi musim dingin brutal yang membuat beberapa dari mereka harus mati membeku dan tanpa harapan untuk menghadapi hari yang lebih baik di masa depan.
“Kami secara perlahan sekarat di sini, tidak ada yang datang untuk membantu kami dan kami tidak punya apa-apa,” ujar Ummu Abduh, seorang pengungsi Suriah di kota Arsal mengatakan kepada Al Jazeera, sembari menambahkan bahwa dirinya khawatir nasib anak-anak yang hidup bersamanya yang mungkin bisa menderita hipotermia.
“Kami tidak punya makanan, kami tidak memiliki roti, kami tidak memiliki minyak pemanas, dan kami tidak tahu apa yang harus dilakukan,” katanya sambil menangis.
“Kami bahkan telah melupakan semua itu dan kami akan mati membeku.”
Wilayah Timur Tengah saat ini terpukul oleh badai musim dingin yang parah sejak pekan lalu, sehingga memaksa jutaan pengungsi pengungsi Suriah harus menghadapi kematian di kamp-kamp mereka.
Sedikitnya tujuh orang tewas di dalam wilayah Suriah dalam seminggu terakhir karena cuaca dingin dan kekurangan perawatan medis serta alat pemanas.
Satu anak meninggal di pinggiran kota Damaskus, seorang anak yang lain dan seorang pria tua tewas di Deir Ezzor, dan satu anak lagi meninggal di Daraa.
Di Damaskus, 30 kasus kritis tercatat dari respon ambulans, kata Leen Kilarji, petugas informasi manajemen untuk Bulan Sabit Merah Suriah mengatakan kepada Al Jazeera.
Menurut Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah, setidaknya 27 orang, termasuk 16 anak-anak dan tiga wanita tewas karena cuaca dingin selama konflik di Suriah sejak Maret 2011.
Enam belas mayat warga Suriah tewas membeku ditemukan di Lebanon, Turki dan kamp pengungsi lainnya, dan sisanya tewas di seluruh negeri menyusul terjadinya badai musim dingin besar dan kondisi cuaca yang buruk.
Baru-baru ini, bayi pengungsi berusia 2,5 bulan mati membeku di sebuah kamp pengungsi Lebanon.[af/onislam]
Share this article :
Related articles