oleh: Ali Akbar (Arkeolog pengaji Arkeologi Alquran)
ChanelMuslim.com–Gerhana merupakan fenomena alam yang terbilang langka, namun dapat diamati manusia.
Peristiwa nyata ini menunjukkan bahwa matahari, bulan, dan bumi bergerak dalam suatu jalur tertentu. Seperti halnya peristiwa siang dan malam, gerhana juga misalnya mengalami fase gerhana parsial dan gerhana total, kemudian kembali normal. Siklus tersebut merupakan bukti bahwa benda langit seperti matahari, bulan, dan bumi tidak statis, namun bergerak secara ritmis.
Pengamatan terhadap gerak matahari, bulan, dan bumi telah dilakukan sejak dahulu kala. Tercatat banyak budaya berbagai bangsa membicarakan dan mencatatnya baik dalam bentuk gambar maupun tulisan menggunakan aksara tertentu.
Bangsa Mesir merupakan salah satunya. Dewa Ra sebagai dewa matahari bersinar terang di siang hari. Pada malam hari, Dewa Ra tidak menghilang, namun bertugas di alam kegelapan dan bergerak di dalam perut Dewa Nut, sampai akhirnya keluar dan bersinar lagi.
Dalam Islam, pergerakan benda langit seperti matahari dan bulan disampaikan oleh Allah untuk menunjukkan kebesaran dan kekuasaan-Nya.
Dalam Al-Qur’an Surat Ar Rahman (55): 5 Allah swt berfirman:
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Tidak ada yang mampu mengubah peredaran benda langit. Sebagai contoh, tidak ada seorang pintar, cerdas, atau berkuasa yang dapat mengubah peredaran matahari. Tantangan dan pembuktian itu misalnya Allah swt sampaikan dalam kisah Nabi Ibrahim as yang berkata kepada seorang penguasa, yakni dalam Alquran surat Al-Baqarah (2): 258 –
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.
Manusia dapat menghitung dan mengamati bahwa terdapat peredaran bulan dan matahari normal, gerhana parsial, gerhana total. Akan tetapi, tidak ada satu manusia pun yang dapat mengubah peredaran tersebut, sebagaimana tidak ada seorang pun yang mengakui telah menciptakan matahari dan bulan. Jika ada manusia yang mampu menciptakan matahari dan bulan, seharusnya ia dapat menciptakan lagi dan menggandakan jumlah matahari dan bulan. Manusia yang mengaku sebagai pencipta matahari dan bulan, seharusnya dapat mengubah peredarannya.
Allah dengan tegas telah menyatakan sebagai pencipta alam semesta, pencipta matahari dan bulan sekaligus mengatur peredarannya, dan termasuk juga pencipta manusia.
Begitu mudahnya Allah mengatur peredaran benda langit. Sebagai pencipta, tentu dengan mudah Ia melenyapkannya. Dengan mudah, Allah menggulung matahari sebagaimana disampaikan dalam Alquran surat At-Takwir (81:1).
Siklus matahari dan bulan normal, gerhana parsial, dan gerhana total, kemudian gerhana parsial, dan normal kembali tidak ada seorang pun yang dapat mencegahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat memajukan atau memundurkannya. Manusia hanya dapat mengamati dan mempersiapkan pengamatan.
Seperti halnya Allah berkata bahwa Ia menciptakan manusia, mematikan manusia, dan menghidupkannya kembali. Tidak ada manusia yang mampu memajukan atau memundurkan kematiannya. Manusia hanya dapat mengamati bahwa orang lain telah meninggal dan ia pun sebenarnya harus mempersiapkan kematiannya.
Dalam Islam, gerhana merupakan bukti kebesaran Allah. Allah yang menciptakan dan mengatur peredarannya. Manusia diharapkan dapat mengambil pelajaran dari gerhana. Saat menyambut gerhana total, maka teropong sudah dipasang. Saat menyambut kematian, maka pahala sudah dikumpulkan.[ind]