FOTOGRAFER Palestina Loay Ayyoub memenangkan hadiah utama pada hari Ahad di festival Visa pour l’image di Perpignan, Prancis, salah satu kompetisi foto jurnalisme paling bergengsi di dunia.
Ayyoub mendapat penghargaan atas fotonya yang menggambarkan penderitaan manusia di Gaza.
Dalam pidato penerimaannya yang disampaikan melalui konferensi video, ia mendedikasikan penghargaan tersebut kepada semua jurnalis dan warga Palestina yang terbunuh saat menjalankan tugas mereka di Gaza.
Referensi yang ia sampaikan kepada kelompok Palestina Hamas sebagai gerakan perlawanan Palestina dalam pidatonya memicu reaksi dari walikota Perpignan yang berhaluan kanan, Louis Aliot, yang menyerukan agar penghargaan tersebut dicabut.
Namun, penyelenggara festival menolak permintaan Aliot.
Jean-Francois Leroy, direktur festival Visa pour l’image, membela keputusan juri dalam wawancara dengan kantor berita Spanyol EFE.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Juri kami terdiri dari para editor foto dan pakar internasional. Terlepas dari apakah saya setuju atau tidak, saya selalu menghormati keputusan mereka,” katanya.
Leroy juga menyoroti tantangan yang dihadapi oleh media asing di Gaza, dengan mencatat bahwa Israel telah membatasi pekerjaan mereka, sehingga menjadikan jurnalis lokal sebagai sumber utama informasi dari zona konflik.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak 7 Oktober.<
Lebih dari 38.900 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 89.600 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Fotografer Palestina Menangkan Penghargaan Tertinggi untuk Foto Gaza di Festival Prancis
Baca juga: Israel Kembali Melanggar, Jurnalis dan Juru Kamera Al Jazeera Gugur dalam Serangan Israel di Gaza
Sembilan bulan lebih sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Pada hari kebebasan pers sedunia yang diperingati tanggal 3 Mei, namun jurnalis di Gaza tidak merasakan kebebasan tersebut.
Saat ini, konflik terjadi pada saat yang sangat berbahaya bagi jurnalis secara global, dimana perang Israel di Gaza menjadi konflik paling mematikan bagi jurnalis dan pekerja media.
“Ketika kita kehilangan seorang jurnalis, kita kehilangan mata dan telinga terhadap dunia luar. Kami kehilangan suara bagi mereka yang tidak bersuara,” kata Volker Turk, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB.
“Hari Kebebasan Pers Sedunia ditetapkan untuk merayakan nilai kebenaran dan melindungi orang-orang yang bekerja dengan berani untuk mengungkapnya.”
Lebih dari 100 jurnalis dan pekerja media, sebagian besar warga Palestina, tewas dalam tujuh bulan pertama perang di Gaza, menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ).[Sdz]
Sumber: trtworld