ChanelMuslim.com–“Kucumbu Tubuh Indahku” saat ini menjadi film kontroversial karena berani tayang di bioskop seluruh pelosok Indonesia. Mengapa film ini dikatakan tidak berkualitas dan tak layak ditonton?
Direktur PAHAM Nurul Amalia mengatakan, bukan hanya judulnya yang menuai polemik, tetapi isi filmnya sangat tidak berkualitas dan tidak jelas pesan moral yang ingin disampaikan. Rupanya film ini ingin menggiring “frame berpikir” masyarakat agar mau “berdamai” menyikapi persoalan LGBT belakangan ini.
“Setelah menonton singkat thriller-nya, saya sangat meyakini, film ini akan membawa imajinasi penonton pada “pemaafan, pemakluman dan akhirnya penerimaan terhadap sekelompok orang yang mengalami distorsi pada kehidupan sosial termasuk orientasi seksualnya”, ujar Nurul dalam rilis yang diterima ChanelMuslim.com, Sabtu (27/4/2019).
Betapa tidak, ketika film ini lebih mengeksplore “latar belakang” kehidupan seorang laki laki yang mengalami “penyimpangan” seolah itu adalah proses alami kehidupan yang menempanya, para penonton akan menganggap hal itu merupakan takdir Tuhan.
“Meski sang sutradara Garin Nugroho (GN) berdalih bahwa film ini ingin mengangkat sebuah tradisi Jawa tentang tarian dan penarinya, tetapi justru saya tidak menemukan “eksplorasi kearifan lokal” yang ingin dihadirkan si sutradara,” tambahnya.
Apa yang dikisahkan pada tiap adegan dan dialognya sungguh jauh panggang dari api. GN justru mengangkat “secara fokus” kehidupan penari laki-laki yang bernama Jono.
Masa kecil seorang anak bernama Jono yang kerap mengalami kekerasan baik verbal maupun fisik, tekanan hidup hingga mengubah orientasi sosialnya termasuk distorsi seksnya. Inilah latar yang janggal di film tersebut. Di samping itu pula, Jono menguatkan tekadnya sebagai penari dengan mendandani dirinya seperti perempuan, padahal itu menentang “kodrat ilahi” atas dirinya yang telah ditakdirkan sebagai laki laki.
Film ini pun lebih banyak mengeksplorasj kehidupan penyimpangan seksual penari laki-laki, justru bukan fokus pada budaya tari Jawa tersebut.
“Menjadi sangat jelas untuk tujuan apa film ini dibuat. Saya enggak perlu menonton film sampai habis dengan durasi lebih dari satu jam ini untuk mengetahui “maksud” dibuatnya film ini,” tegasnya.
Nurul menyayangkan banyak adegan tak pantas yang ditampilkan dalam film.
“Well, saya sih yakin a hundred percent, tidak ada kebaikan moral sama sekali yang dapat diambil dari jalan cerita film ini oleh para generasi muda. Justru yang paling mengkhawatirkan akan menimbulkan semacam “desire” (hasrat) tertentu pada seseorang, karena pada tiap adegannya, banyak hal yang tidak layak untuk dipertontonkan, begitu vulgar dan miris.
Tentu saja kita akan sulit menemukan “nilai moral kebaikan,” katanya.
Karena visi sederhananya agar publik menerima kehadiran kaum LGBT, its as simple as that.
Apalagi ada sebuah adegan yang kurang layak untuk lolos sensor yaitu saat si Jono yang tak berpakaian bagian atas, menatap tubuh tak berbaju laki-laki yang sedang tertidur di sebelahnya, kemudian ia memeluknya sepenuh jiwa. Juga adegan lain saat Jono kecil harus diperlihatkan bagian tubuh perempuan yang tak pantas diperlihatkan, bahkan diminta menyentuh dada seorang perempuan dewasa.
“Duh, sekejam itu kah “nilai yang ingin ditularkan” dalam film ini? Film miskin kualitas ini, tiap adegannya hanya mempertontonkan “penyimpangan” yang membutuhkan “legitimasi” masyarakat,” ujar Nurul geram.
Sementara dilihat dari judul filmnya “Kucumbu Tubuh Indahku” sebenarnya mengambil “secara kasar” dari “my body is mine” sebagaimana nilai yang diusung oleh para feminis radikal selama ini.
Hal itu terlihat jelas ada kalimat dalam sebuah dialog dalam film:
“Tubuh kamu yang bawa urip dan bawa mati”
Jadi, secara langsung film ini ingin mengajarkan bagaimana pemilik tubuh “merdeka” atas kepemilikan tubuhnya sendiri. “My body is mine” merupakan pemahaman yang luar biasa keliru.
Tubuh ini ada pemiliknya yaitu Allah,
Buktinya kita tidak pernah mampu mengatur sedikit pun apa yang ada dalam setiap inchi dan sel di tubuh ini.
Bukankah kita tidak mampu mengatur laju atau melambatnya detak jantung tubuh ini?
Bukankah kita pun tidak mampu mengeluarkan air mata dan kotoran sekehendak hati sendiri?
Bahkan kita tidak mampu menyembuhkan tubuh secara langsung saat mengalami sakit?
Karena tubuh ini bukan milik kita sehingga ketentuan atas tubuh, harus tunduk pada wahyu….
Tunduk pada penciptanya….
Sebagaimana Firaun yang mengaku sebagai Tuhan
Tetapi ketika ditantang Nabi Musa untuk menciptakan alam ini toh dia pun tidak berkutik,
“Finally, saya “haqqul yakin” film ini menelanjangi kebodohan, serta ingin meruntuhkan sebuah tatanan nilai dalam mendidik keluarga,” tutupnya.
Film “Kucumbu Tubuh Indahku” ini menuai aksi protes. Penayangannya telah dilarang di sejumlah daerah, termasuk di Depok, Jawa Barat. [ind]