ChanelMuslim.com – Sejak Kamis (28/6) malam, aktivitas Gunung Agung meningkat. Akibat sebaran abu vulkanik juga, Bandara I Gusti Ngurah Rai sempat ditutup pada hari Jumat (29/6), sebelum dibuka kembali pada pukul 14.30 WITA. Hujan abu paling parah terjadi di Purage, Pempatan Rendang, Keladian, Besakih, Br. Beluhu, Desa Suter. Tremor mengguncang tanah Bali yang keindahannya tersohor hingga mancanegara.
Selama dua hari berikutnya, abu vulkanik menipis. Sejenak, warga Bali bisa mengendurkan kesiagaan mereka dan melakukan aktivitas seperti biasa. Namun, pada Senin (2/7) pagi, ketakutan kembali mencengkeram.
Senin kemarin, Gunung Agung erupsi hingga tiga kali, masing-masing pukul 6.19 WITA, 6.41 WITA, dan 6.55 WITA. Di sore hari, Gunung Agung masih mengeluarkan asap. PVMBG pun menganjurkan wisatawan dan warga yang tinggal di lereng Gunung Agung untuk segera turun, menetapkan Zona Perkiraan Bahaya dalam radius empat kilometer dari puncak gunung.
Puncaknya, sekitar pukul 21.03 WITA, Gunung Agung erupsi, melontarkan lava pijar hingga dua kilometer jauhnya, membakar hutan di sekitar kawah. Letusannya berupa efusif atau letusan luluhan. Gunung tersebut memuntahkan lava pijar di permukaannya, serta material abu vulkanik yang menyebar hingga ke Banyuwangi
Letusan kerasnya membangunkan warga di sekitar Karangasem. Mereka yang tinggal di lereng gunung langsung berlari mencari tempat untuk berlindung. Salah satu tempat tersebut adalah lapangan Desa Rendang.
Menurut Sutopo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, masyarakat melakukan evakuasi secara mandiri.
“Masyarakat yang melakukan evakuasi diimbau tidak keluar dari wilayah Kabupaten Karangasem, tetapi cukup berada di daerah KRB II agar memudahkan penanganan pengungsi. BNPB dan BPBD terus berkoordinasi dengan PVMBG, BMKG, dan pihak-pihak lainnya,” katanya dikutip dalam siaran pers ACT.
Selasa (3/7) dini hari, Gunung Agung erupsi lagi. Sekitar pukul 04.13 WITA, gunung tersebut memuntahkan lebih banyak lava pijar. Disusul oleh erupsi terbaru pada pukul 9.15 WITA. Namun demikian, status Siaga III yang telah ditetapkan sejak Kamis lalu masih dipertahankan.
Seakan kekalutan warga Bali belum cukup besar, usai erupsi berkali-kali dari puncak Gunung Agung, gempa bumi terjadi pada hari ini (3/7) pukul 8.19 WITA.
Bukan gempa bumi vulkanik, sebab berasal 112 KM barat daya dari Denpasar dengan kedalaman 10 KM. Gempa terasa hingga ke Denpasar, Kuta, dan Nusa Dua. Menurut BMKG, gempa ini tidak berpotensi tsunami sehingga warga diimbau agar tidak panik.
Relawan MRI Bali Bersiaga
Didera bencana alam bertubi-tubi, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) cabang Bali langsung bersiaga. Sejak Kamis malam, tim MRI Bali sudah bertolak ke desa-desa di sekitar Gunung Agung.
Tim MRI dipecah menjadi dua bagian: mereka yang bertugas membagikan masker pada warga sekitar, dan mereka yang berpatroli di pos pantau. Khusus untuk Senin malam, tim MRI turut berpatroli bersama Basarnas untuk menghimbau wisatawan dan warga agar tidak mendekat ke kawah gunung.
“Semalaman, Tim MRI Bali patroli di Pura Besakih, sekitar enam kilometer dari kawah Gunung Agung, menghimbau wisatawan dan warga sekitar agar turun,” kata Kusmayadi, Koordinator Tim Emergency Response ACT pagi ini dalam sumber rilis.
Selain itu, ada pula tim Rescue MRI yang bersiaga sekitar tiga km dari kawah Gunung Agung, senantiasa menghimbau warga untuk waspada. Sebab, menurut Deni dari Tim MRI Bali yang berada di lokasi, hanya sebagian warga yang mau mengungsi.
“Sebagian masih bertahan di rumah masing-masing. Mereka yang mengungsi, pergi ke titik sejauh 12 km dari kawah Gunung Agung,” lapor Deni.
Mengenai gempa yang juga mengguncang Denpasar dan sekitarnya, tim MRI Bali juga sudah bersiaga.
“Anak-anak MRI juga sudah standby di Sekretariat MRI di Denpasar, siap merespons jika memang keadaan gawat,” tutup Deni dalam pesan singkatnya pada ACT pusat. (jwt/rilisACT)