ChanelMuslim.com – Berkelana mencicipi aneka kuliner khas dunia membuat setiap orang makin piawai dan makin terlatih untuk meracik makanan yang disesuaikan dengan lidah keluarganya. Apalagi bagi seorang muslim, perjalanan ke sebuah negara di dunia menuntut dirinya selektif memilih aneka makanan tak hanya terkait masalah selera tapi juga yang terpenting status kehalalannya. Dan realitanya tak semua negara di dunia peduli masalah halal tersebut sehingga mau tidak mau, ketika kita mengunjungi atau menetap di sebuah negara baru dengan minoritas muslim maka kita yang harus aktif mengali status kehalalan sebuah makanan. Hal inilah yang dilakukan oleh seorang Khairunnisa Icha Savitry. Muslimah yang Allah takdirkan bersama keluarganya mengunjungi 34 kota di dunia dan menetap di tiga negara dengan kultur berbeda yaitu Inggris Raya, Malaysia dan Norwegia. Berikut kisah rangkuman perjalanan Keluarga Icha Savitry sehingga melahirkan sebuah buku berjudul Kelana Rasa Mancanegara yang secara langsung diceritakan oleh Bunda dari Fatih di Kuliah WhatsApp Chanel Muslim pada Sabtu, 16 Mei 2020:
[gambar1] Keluarga Icha Savitry (Foto: Istimewa)
Perjalanan Merantau 18 Tahun
Diceritakan Bunda Icha bahwa tahun 2020 ini adalah Ramadan ke-20 yang dirinya jalani di negeri orang. Dirinya merantau ke Inggris Raya untuk kuliah tahun 2001. Sungguh pengalaman tak terlupakan. Merantau jauh pertama kali, hanya bersama adik laki-lakinya yang juga kuliah di University of Liverpool.
"Banyak kenangan manis yang saya dapatkan di sana. Di akhir Ramadan 2001 saya berhijrah dan menaati perintah Allah untuk berhijab. Di Inggris pula saya dan suami menjalani masa perjuangan membangun rumah tangga baru. Di kota Leeds, Inggris Raya, anak kami Fatih lahir," Icha membuka cerita perkelanaannya kepada 250 peserta Kulwap CMM.
Bagi perempuan kelahiran Surabaya ini, Inggris Raya juga memberi kesan Ramadan yang unik. Ramadan terpendek karena jatuh di bulan Desember, puncak musim dingin. Waktu itu dirinya dan keluarga hanya berpuasa 8-9 jam saja. Sungguh bertolak belakang dengan pengalaman berpuasa dirinya dan keluarga di Norwegia saat ini. Di mana mereka sempat menjalani puasa hingga 20 jam pada tahun 2015-2016. Alla kulli hal.
"Inggris Raya juga mengajarkan saya tentang makanan halal. Bahwa makanan halal itu bukan sekadar "asal bukan babi", atau "asal bukan alkohol", tapi lebih dari itu.
Saya ingat pengalaman membeli sesuatu yang saya kira mentega. Saya beli karena harganya murah sekali. Ketika akan menggunakan untuk masak, saya baru tau setelah buka kamus, bahwa yang saya kira mentega itu adalah "lard" alias lemak babi yang dibekukan. SubhanAllah. Untung belum telanjur!," kenang perempuan yang telah menulis 10 antologi berbagai genre dan 4 buku Solo Resep Masakan.
Icha juya mengatakan begitu juga untuk berbagai produk roti, cokelat, dan makanan siap saji dalam kemasan. Harus berhati-hati untuk selalu mengecek kehalalannya. Bahwa daging sapi, ayam, dan kambing, harus kita beli di butcher (tukang daging) khusus halal. Karena sistem penyembelihan hewan di negara Barat sangat berbeda. Hewan bukan disembelih, melainkan disetrum hingga pingsan, baru kemudian disembelih. Katanya sistem mereka lebih berperikehewanan.
"Alhamdulillah di tahun 2001 itu Inggris Raya adalah negeri yang mudah sekali menemukan toko bahan makanan maupun restoran halal. Alhamdulillah juga di kota-kota tempat kami tinggal waktu itu komunitas muslim dan Indonesianya cukup besar dan kompak. Jadi kami bisa saling berbagi informasi dan pengetahuan seputar makanan halal dan kegiatan pengajian.
Episode Inggris Raya kami tutup tahun 2006, beberapa bulan setelah Fatih lahir," lanjut cerita perjalanannya.
*3 Tahun di Malaysia*
Selanjutnya Keluarga Icha hijrah ke Kuala Lumpur, karena suami mendapat pekerjaan di sana. 3 tahun dirinya di sana, dia bersyukur banyak mendapatkan sahabat baik rasa saudara hingga saat ini.
Mencari makanan halal di Malaysia bukan masalah, karena kultur dan kulinernya kurang lebih sama dengan Indonesia.
"Di Malaysia pelabelan makanan dan restoran sangat jelas halal / haramnya. Jadi kita tidak ada keraguan InsyaAllah," lanjut Icha bercerita.
[gambar2] Lingkungan tempat tinggal Icha Savitry di Norwegia saat musim dingin (Foto: Icha Savitry)
*Pindah ke Norwegia hingga saat ini*
Tahun 2009 Icha sekeluarga pindah lagi, kali ini ke Norwegia, hingga hari ini. Juga karena pekerjaan suaminya.
Awal pindah ke sini, makanan halal cukup susah didapat. Haugesund adalah kota kecil. Muslimnya masih sedikit. Di bulan-bulan pertama mereka datang hanya ada 1 toko halal. Itupun daging yang dijual hanya ayam dan kambing beku. Bagaimanapun, mereka tetap bersyukur ada kemudahan bisa tetap menjaga kehalalan makanan.
"Baru beberapa tahun terakhir ini saja makanan halal dan restoran halal menjamur di Norwegia, termasuk Haugesund. Penyebabnya adalah semakin banyaknya kaum muslimin, yang mayoritas adalah para pengungsi / pencari suaka dari negara-negara muslim Afrika, Jazirah Arab, Turki, Bosnia, Chechnya, Afghanistan, Uighur, dll," sambung perempuan lulusan Master of Law Liverpool ini.
Singkat cerita, makanan halal tidak lagi menjadi masalah bagi mereka. Pilihannya banyak, bahkan hingga kulit, ceker ayam, hingga jeroan dan kepala kambing pun ada.
"Alhamdulillah bahan-bahan makanan Asia seperti beras, tahu, tempe, petai, cabai rawit, ikan-ikan seperti gurame, lele, sampai pindang pun ada," sebut Icha detail.
[gambar3] Cover Buku Kelana Rasa Mancanegara
Tentang Kelana Rasa Mancanegara
Awalnya Bunda Fatih tidak pernah terpikir untuk membuat buku masak lagi. Setelah dirinya pernah menerbitkan 3 buku solo resep masakan di tahun 2014. Waktu itu pertama kali saya pingin sekali punya buku sendiri. Jadi meski penerbitnya nggak terkenal, dirinya ambil kesempatan. Setidaknya dirinys pernah punya buku solo.
"Setelah ketiga buku itu, terus terang saya capek. Menulis buku masakan nggak mudah. Prosesnya ribet. Mulai dari menentukan tema buku, mengumpulkan bahan, memasak, mencuci + membereskan segunung peralatan masak, memotret step-by-step, menulis resep yang ringkas dan mudah dipahami, memfoto hasil masakan supaya menarik, sampai proses pengiriman naskah dan foto yang cukup memakan waktu," kenangnya lagi.
Ketika itu dirinya bertekad tidak akan menulis buku resep lagi. Maka dirinya kemudian bergabung dengan komunitas menulis, dan alhamdulillah bisa ikut beberapa proyek antologi bergenre anak, islam, dan pendidikan.
"Bagaimanapun, saya tetap hobi masak, hobi memoto makanan, dan hobi menulis resep. Akhirnya saya salurkan hobi itu di platform Instagram. Sejak 2015 saya rutin berbagi resep masakan rumahan. Masakan apa saja yang saya masak dan jadi konsumsi keluarga atau bersama teman-teman di sini," sambungnya.
Resep-resep Icha tidak selalu kekinian, bahkan cenderung anti-mainstream. Icha sapaan akrab perempuan ini sangat suka mengeksplorasi kuliner berbagai negara. Apalagi di Norwegia penduduknya lumayan beragam. Bahan makanan dari 5 benua mudah didapat.
"Saya senang mencoba masakan, dan membagikan pengetahuan di balik setiap masakan itu kepada teman-teman di Instagram. Alhamdulillah respon yang saya dapatkan sejauh ini sangat positif.
Cukup banyak resep masakan saya yang dibuat ulang oleh teman-teman. Senang sekali rasanya bisa menularkan kebahagiaan cooking dan baking," ungkap Icha bahagia.
Ramadan 2019
Hingga suatu hari di bulan Ramadan 2019, Icha dapat DM dari editor Gramedia. Beliau menawarkan, kalau Icha berminat membukukan resep-resep yang selama ini dirinya share di Instagram, maka Gramedia bersedia menerbitkannya. Allahuakbar!
"Padahal saya sebetulnya minder karena foto-foto masakan saya ya begitu-begitu aja. Styling-nya selalu apa adanya, sederhana, cuma menonjolkan makanan, minim properti foto. Karena saya sebetulnya memang nggak suka keribetan. Pinginnya setelah makanan jadi, foto, lalu selesai. Nggak perlu membereskan peralatan foto yang macam-macam," kenang Icha.
Qodarullah foto-foto Icha yang apa adanya itu bisa diterima menurut standar Gramedia. Mungkin ibu editor melihat respon dari teman-teman Instagram, yang selalu antusias dengan resep-resep yang Bunda Fatih bagikan. Wallahu a'lam bishshawwab.
"Sungguh saya nggak pernah menyangka hobi saya akan membawa saya untuk punya buku solo lagi. Jalan ini membuat saya menelan kembali tekad saya untuk nggak menulis buku resep lagi. Kali ini saya nggak bisa menolak.Karena kesempatan seperti ini nggak akan datang dua kali," kenangnya.
Proses penulisan buku tersebut berjalan sekitar 4 bulanan. Hingga akhirnya buku Kelana Rasa Mancanegara terbit pertengahan Maret 2020.
"Judul asli buku saya sebetulnya adalah Kelana Rasa Dunia. Di dalamnya rencananya akan ada 130-an resep mancanegara dan Indonesia. Namun di detik terakhir, ibu editor menyarankan untuk mengubah judulnya jadi Kelana Rasa Mancanegara. Hanya berisi 80-an resep Mancanegara. Karena kalau terlalu banyak, bukunya terlalu tebal, dan harganya jadi mahal," sebut Icha lagi.
Icha mengatakan bahwa Buku Kelana Rasa Mancanegara menawarkan lebih dari sekadar resep. Di dalamnya, dirinya juga bercerita tentang sejarah suatu resep, kenangan masa kecil, hingga inspirasi kuliner yang dirinya dapatkan ketika bepergian ke suatu negara.
"Untuk Inspirasi Kuliner ini ada bab khusus. Ini salah satu yang jadi pembeda buku resep saya. Dan ada beberapa teman yang membeli buku ini, yang dibaca pertama kali bukan resepnya, melainkan cerita jalan-jalannya," sambung Icha membedah proses penulisan dan isi bukunya.
[gambar4] Hasil Recook Masakan di Buku Kelana Rasa Mancanegara
Resep-resep di bukunya, diakui Icha InsyaAllah mudah dipraktikkan. Alhamdulillah para pembeli sudah banyak yang membuat sendiri. Melihat kebahagiaan mereka berhasil mengerjakan suatu masakan dari bukunya, membawa kegembiraan yang sangat di hatinya.
"Saya yakin, siapapun orangnya, pasti BISA masak. Karena masak itu selain insting dasar manusia untuk bertahan hidup, adalah juga sangat bisa dipelajari," lanjutnya lagi.
Diakhir materinya, Icha sangat bersyukur dan bahagia yang membeli bukunya beragam.
"Yang juga membahagiakan buat saya adalah, begitu beragamnya latar belakang teman-teman pembeli buku saya. Mulai ibu rumah tangga, dokter, guru, pekerja kantoran, sampai lelaki usia milenial dan anak seusia Fatih, MasyaAllah," tutup Icha memberikan materi dan dilanjutkan denha tanya jawab.
[gambar5]
ChanelMuslim.com menggelar Kuliah WhatsApp (Kulwap) sebagai salah satu Program Ramadan di masa Pandemi untuk menyapa para pembaca chanelmuslim.com dan juga sebagai komitmen menebar manfaat serta berbagi ilmu sesuai dengan concern ChanelMuslim.com menjadi Media Online Keluarga Muslim.
Sebelumnya pada Kulwap Part 1, ChanelMuslim menyelenggarakan Kulwap bertema Jelajah Ramadan di 5 Negara yang dimulai pada Rabu (6/5) hingga Ahad (10/5).
Kulwap berdurasi 1 jam tiap sesinya tersebut menghadirkan 5 narasumber dari mancanegara, yakni: Auckland, New Zealand; Tokyo, Jepang; Riyadh, Arab Saudi; Berlin, Jerman; dan Lahore, Pakistan.
[jwt]