ChanelMuslim.com – Pasca gempa yang dialami masyarakat Ambon yang terjadi pukul 08.46 WITA dengan kekuatan magnitudo 6.8, Kamis (26/9) lalu, mengakibatkan sejumlah rumah dan fasilitas warga rusak. Situasi ini menjadikan kisah pilu untuk warga yang bernama Wardi (37) bersama keluarga. Rumah yang telah ia bangun lima tahun belakangan sebagai hasil keringat mencari ikan sirna seketika. Rumah Wardi bertempat tinggal di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
“Saya masih di jalan, masih pagi dan istri dan anak di rumah. Terguncang saya bersama teman-teman, jalan terbelah. Ketika saya pulang, rumah sudah roboh. Alhamdulillah semua keluarga saya selamat," terang Wardi.
Wardi menambahkan bahwa selama tujuh tahun ia melaut dengan kapal. Semua alat ada di sana. Namun, Wardi hanya bisa pasrah pada takdir Allah.
"Tapi bagaimana kalau takdir Allah berkata demikian. Saya cuma harapkan agar kapal saya itu ditemukan oleh nelayan lain, bisa dimanfaatkan berlaut kembali. Kapal yang jadi satu-satunya alat mencari nafkah, juga hanyut ketika gelombang air yang sempat bergejolak saat gempa," terang Wardi warga Desa Liang
Desa Liang tempat tinggalnya merupakan wilayah terdampak parah bencana gempa. Anak pertamanya masih baru saja masuk kelas untuk belajar di sekolah. Istri dan anak keduanya, menunggu di rumah. Tiba-tiba getaran datang, bunyi keras seperti ledakan membuat istri Wardi panik.
Naluriah, istrinya langsung membawa anaknya keluar. Entah bagaimana, dalam hitungan detik, rumahnya roboh, utuh satu rumah tanpa ada sisa yang berdiri. Hampir 60% bangunan di desa terbesar di Pulau Ambon tersebut rusak parah. Seperti halnya yang dialami oleh Wardi, sebanyak 3.279 kepala keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Tenda kecil sederhana berbahan terpal menjadi hunian sementara. Wardi sendiri menghuni tenda berukuran 4×10, dan dihuni 3 keluarga lainnya.
Gempa susulan masih sering terjadi, masyarakat belum berani tinggal di rumah. Aktivitas masyarakat pasca gempa lebih banyak di pos pengungsian. Kebutuhan di setiap lokasi hampir sama. Terutama tikar dan selimut karena masyarakat mengungsi dengan peralatan seadanya.
Data Pada Selasa (01/10), tim Disaster Managament Center (DMC) Dompet Dhuafa dibantu oleh tim relawan lokal membuka posko relawan di Desa Liang serta melakukan kegiatan rutin berupa taman ceria (TempAt aMAN dari keCEmasan dan RisIko bencanA). Ada juga bantuan dari tim relawan PFA dari etos universitas Pattimura.
Managament Center Dompet Dhuafa juga melakukan asesmen dan survei di Pulau Haruku. Dalam aksi giat tersebut, Dompet Dhuafa terus mendapatkan dukungan sinergi baik dari para organisasi, relawan dan komunitas setempat dalam memberikan pelayanan medis, membagikan Hygienic Kit, membuka Pasar Sayur gratis dengan 1 item bantuan serta mendirikan musholla darurat untuk masyarakat yang terdampak.
Disaster Managament Center Dompet Dhuafa sejak Kamis (26/9), telah mendirikan pos hangat. Ada satu titik di Desa Suli, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Di daerah IAIN Ambon terdapat dua titik pos hangat dan satu titik di Desa Batumerah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Lokasi dapur umum didirikan di RT 1, Negri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.
Dompet Dhuafa sendiri telah melakukan berbagai intervensi kepada pengungsi. Pos hangat dan Taman Ceria menjadi salah satu tempat paling diminati warga. (rls)