“BYE, Syukron.” Inilah kalimat paling romantis sepanjang 2023. Bukan di negeri dongeng. Ini adalah kisah nyata. Diucapkan dari hati yang penuh haru.
Kolumnis Yons Achmad menuangkan kisah Maya Regev, seorang warga Israel yang ditangkap pasukan Hamas dan dibebaskan pada saat gencatan senjata.
Dalam tulisan berjudul “Bye, Syukron, So Sweet”, Yons Achmad menulis, bagaimana perpisahan Maya Regev dengan pasukan Hamas bisa menjadi salah satu momen romantis.
Maya adalah salah satu warga Israel yang ditangkap oleh pasukan Hamas dalam festival Nova Israel pada 7 Oktober 2023.
Wanita berusia 21 tahun ini menjadi salah satu dari 58 sandera yang dibebaskan oleh Hamas dalam momen gencatan senjata.
Meski mengalami luka-luka, Maya berhasil bertahan hidup dan diselamatkan Hamas. Ia menghabiskan sekian hari di rumah nyaman penyanderaan.
Sebelum akhirnya dibebaskan pada Sabtu malam oleh pasukan Hamas. Maya pun, akhirnya bisa kembali berkumpul dengan keluarganya.
Sebelumnya, fakta dalam video yang dirilis Hamas, menjadi viral di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
baca juga: Cerita-cerita Baper di Balik Pembebasan Sandera Hamas Israel
Bye, Syukron, So sweet
Dalam video itu…
Maya berjalan menuju mobil yang akan mengantarkanya kembali ke Israel. Dengan “Kruk” di kedua tangan untuk menopang kedua kakinya.
Dikawal oleh salah satu pasukan Hamas. Dengan penutup wajah. Tapi matanya tetap terlihat. Sesudah duduk nyaman, satu pengawal dari pasukan Hamas berucap.
“Bye, Maya,”
“Bye, Syukron,” kata Maya.
Apa? Syukron, terimakasih? Bayangkan. Sandera mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah menyanderanya.
Wajahnya penuh haru, senyum tersungging dari bibirnya. Lalu menunduk penuh takjub. Itulah wajah Maya, seorang sandera yang telah membuka mata dunia tentang wajah kemanusiaan bahkan dalam kondisi perang.
Di saat yang sama, tentara Israel terus membantai warga Palestina. Puisi Taufik Ismail ini barangkali mewakili bagaimana gambaran Gaza, Palestina.
Walau gambaran itu agak berbeda. Di mana, Pasukan Hamas tak lagi batu jadi peluru, tapi roket-roket yang menjawab penjajahan itu.
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka – tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya…
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan buldozer dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.
Semua itu tak membuat Hamas buas. Justru kelembutan diperlihatkan terhadap sandera dan tahanan. Video itu tentu tak bisa disaksikan di CNN, tak pula di Fox News.
Begitulah Maya, kau tak bakal menemukan pria-pria macam itu di Israel. Yang memperlakukanmu dengan sepenuh cinta.
“Bye, Syukron.” Sungguh kalimat paling romantis. Matamu tak bisa berbohong Maya. Dan, hatimu akan bercerita lebih dari sekadar kalimat itu.
Barangkali, saat itu pertamakali kau temukan pria sejati. Bukan di Israel, tapi di Gaza, Palestina. Mata pria Hamas itu, kelembutan itu, pasti selalu kau kenang, selamanya Maya.
“Bye, Syukron.” Manis dan romantis sekali. Sebuah kalimat jujur untuk Hamas, bukan yang lain. [ind]