HOW low can you go? Seberapa rendah yang bisa kalian lalui. Seberapa banyak dosa yang telah kita perbuat.
Seorang remaja Gaza usia enam belas tahun, jenazahnya ditemukan di balik reruntuhan gedung. Di kantong bajunya ditemukan secarik kertas. Dan di kertas itu tertulis sesuatu. Apa itu?
Rupanya, sang remaja Gaza ini sudah punya firasat kalau ajalnya sudah dekat. Gempuran bom-bom Israel ke Gaza sepertinya ia jadikan firasat kalau ajalnya memang sudah dekat.
Di kertas itu, sang remaja menulis sejumlah dosa yang ia lakukan selama beberapa hari terakhir. Catatan itu sebagai pertanda harapannya agar Allah subhanahu wata’ala mengampuninya.
Apa saja dosa-dosa yang ia sebutkan di surat itu?
Pertama, ia pernah tertidur malam dalam keadaan lupa berwudhu.
Boleh jadi, hal ini sebagai hal yang sangat sepele buat sebagian besar kita. Ia tertidur bukan lupa shalat Isya. Tapi ‘hanya’ lupa berwudhu.
Kedua, ia pernah tidak melakukan zikir pagi.
Betapa banyak di antara kita yang bukan hanya tidak zikir pagi, tapi mungkin juga tidak zikir sore, dan tidak zikir selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan.
Ketiga, ia pernah bershalawat dalam satu hari Jumat hanya tujuh ratus kali.
Masya Allah, bershalawat tujuh ratus kali dalam satu hari Jumat bagi remaja Gaza ini sebagai sebuah dosa. Lha, bagaimana dengan kita?
Jangankan tujuh ratus kali sehari, jangan-jangan sebulan pun kita tidak bershalawat sama sekali.
Keempat, ia pernah merasa sombong ketika menggolkan bola ke gawang lawan tandingnya.
Usia enam belas tahun merasa sombong ketika menggolkan bola sudah jadi hal lumrah di antara kita. Karena sombong-sombong yang jauh lebih besar dari itu boleh jadi sudah menjadi hal biasa.
Kelima, ia pernah suatu kali tertawa terbahak-bahak.
Pernah tertawa terbahak-bahak bagi sang remaja mulia ini ia rasakan sebagai sebuah dosa. Lha, bagaimana dengan kita?
Kita tertawa terbahak-bahak bukan hanya sesekali. Mungkin juga lebih sekali dalam setiap hari. Dan sebagian kita justru mencari tontonan lawakan-lawakan agar bisa tertawa lebih terbahak-bahak lagi.
Keenam, ia pernah shalat Isya tidak tepat waktu.
Masya Allah, bagi kita mungkin sekali dalam sehari tidak shalat tepat waktu justru menjadi prestasi. Karena yang empat waktunya tepat waktu. Tapi buat remaja Gaza ini sebagai sebuah dosa.
Dan mungkin ada yang jauh lebih parah dari itu. Bukan sekadar tidak tepat waktu, tapi juga meninggalkan waktu shalat karena urusan bermain, lupa, dan sebagainya menjadi hal biasa.
Orang bijak pernah mengatakan, “Bercerminlah dari kaca yang bening, dengan begitu akan terlihat titik-titik noda di wajah kita. Dan jangan bercermin dari kaca yang kotor. Karena, jangankan titik noda, kotoran hitam besar pun tak akan terlihat. Dan kita pun menganggap wajah kita ‘baik-baik’ saja.” [Mh]