ChanelMuslim.com- Kisah tentang Basuki T Purnama alias Ahok ternyata belum usai, walaupun vonis hakim telah dijatuhkan. Kini, babak baru kisah Ahok pun dimulai. Bukan lagi antara Ahok dengan ormas Islam. Tapi, antara pendukung Ahok dengan rezim Jokowi yang diseret-seret ikut terlibat.
Suatu malam di tanggal 9 Mei 2017, atau beberapa jam setelah vonis dua tahun Ahok dijatuhkan. Di tengah kerumunan aksi massa pendukung Ahok, di depan penjara Cipinang, seorang orator bernama Veronica Koman Liau akhirnya menyentak perhatian publik.
Saat Liau berorasi, seseorang merekam. Rekaman yang berdurasi sekitar 30 detik itulah yang kini heboh di belantara politik tanah air. Di antara penggalan kalimat orasi itu, Liau berujar, “…rezim Jokowi adalah lebih parah dari rezim SBY…” (youtube.com)
Pendek kata, Liau seperti menggiring opini massa bahwa vonis yang jatuh ke Ahok ditimpakan ke pundak Jokowi.
Terang saja, apa yang dilontarkan Liau, memancing emosi pejabat rezim Jokowi. Salah satunya, Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo. Seperti beredar di kalangan wartawan, Tjahjo memberikan reaksi keras terhadap lontaran Liau.
“Pendukung Ahok memaki-maki Pak Jokowi karena Ahok kalah Pilkada dan ditahan? Orangnya akan saya kejar, akan saya lawan relawan itu. Mulutmu harimaumu,” ucap Tjahjo seperti termuat dalam pesan singkat yang beredar di kalangan wartawan.
Tjahjo Kumolo pun menambahkan, mengapa nama Jokowi selalu dikaitkan dengan Ahok? “Salah Pak Jokowi apa? Kok selalu dikait-kaitkan dengan masalah Ahok?”
Sambil melampirkan cuplikan video yang memuat orasi Liau, Tjahjo pun memuat KTP dengan nama Veronica Koman Liau. “Silakan dengar orasinya! Bagaimana pendapat Anda kalau Anda dituduh begitu?” ujar Tjahjo Kumolo.
“Kalau dalam satu minggu (sejak 10 Mei 2017, red) tidak klarifikasi dan meminta maaf terbuka di media nasional, saya sebagai pembantu presiden, warga negara RI, dan Mendagri akan melaporkan ke polisi,” tegas Tjahjo Kumolo seperti dilansir laman Tirto.id.
Siapa Veronica Koman Liau
Wanita warga keturunan ini dikenal sebagai aktivis HAM dan pengacara publik di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta. Ia biasa dipanggil Vero, lahir 14 Juni 1988. Ia meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Pelita Harapan pada tahun 2011.
Vero aktif membangun solidaritas untuk orang Papua lewat gerakan “Papua itu Kita”. Ia juga aktif membantu pengungsi Afghanistan dan Iran yang ada di Indonesia untuk mendapatkan status pengungsi sesuai UNHCR. Selain itu pula, Vero aktif memberikan advokasi untuk isu perempuan dan LGBT.
Belakangan, Vero juga aktif dalam barisan pendukung Ahok, khususnya advokasi di bidang hukum. Dan pada malam Rabu lalu di LP Cipinang, Vero juga yang berapi-api menggelorakan pembelaan untuk Ahok, hingga lontaran yang membuat geram Mendagri, Tjahjo Kumolo.
Ahokers versus Rezim Jokowi?
Fenomena gelombang aksi massa pro Ahok belakangan ini seolah menggiring opini publik bahwa Ahok tidak pantas untuk disalahkan. Dan lontaran Veronica Koman Liau itu menajamkan pihak siapa yang pantas untuk disalahkan, yaitu rezim Jokowi.
Pada prinsipnya, publik paham bahwa putusan hakim sangat independen dan murni dari intervensi siapa pun. Termasuk dari pihak kekuasaan, dalam hal ini pemerintahan Jokowi.
Namun, bagi mereka yang emosional, siapa pun bisa diseret-seret untuk dijadikan sasaran tembak. Dan lontaran Liau itu menjurus pada rezim Jokowi.
Terlebih lagi, terdengar kabar bahwa tiga hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara dapat promosi atau naik pangkat. Namun hal tersebut sudah diklarifikasi pihak MA bahwa hal itu sudah dijadwalkan jauh sebelum vonis kasus Ahok, dan bukan hanya dari hakim PN Jakut saja, melainkan juga kepada ratusan hakim lain.
Selain rezim Jokowi termasuk jajaran hukumnya, massa pro Ahok juga melontarkan sasaran tembak lain. Yaitu, ormas anti Pancasila.
Tentu saja, sasaran tembak kedua ini menjadi tidak jelas dan salah sasaran. Karena bukan wewenang mereka menentukan siapa yang pancasialis dan yang anti Pancasila. Selain itu, isu anti Pancasila sama sekali tidak nyambung dengan aksi ini.
Kini, bola salju aksi “kemarahan” pro Ahok terus digulirkan di luar Jakarta: Surabaya, Sumatera Utara, Bali, dan Manado. Disadari atau tidak, mereka sedang melukis peta wilayah pendukung Ahok yang secara langsung atau tidak sedang berhadapan dengan rezim Jokowi yang dianggapnya lebih parah dari rezim SBY. (mh/foto: kumparan.com)