NAMA Arya Daru begitu viral di jagat media tanah air sejak pertengahan Juli lalu. Ya, dialah diplomat muda yang ditemukan tewas mengenaskan pada Selasa pagi (8/7) di sebuah kamar kos di Gondangdia, Jakpus.
Arya, begitu kira-kira sapaan akrab almarhum, diakui sejumlah teman kerja sebagai sosok yang punya dedikasi tinggi. Ia juga dikenal ramah, akrab, mudah bergaul, dan pintar.
Pria kelahiran 15 Juli 39 tahun silam ini dikabarkan pertama kali ditugaskan di Yangon, Myanmar. Arya bertugas mulai tahun 2011 hingga 2013.
Kepada media, salah seorang teman satu kamarnya di wisma Kemenlu di Yangon menceritakan kalau Arya begitu baik. Begitu sigap membantu WNI di sana dan juga warga Yangon yang perlu bantuannya.
Sang teman juga menceritakan kalau waktu itu ada momen istimewa di mana Arya terus telpon-telponan dengan keluarga di Yogya. Itulah ketika alumnus Fakultas Hubungan Internasional UGM ini memperoleh anak pertama.
Tapi setelah penugasan selama kurang lebih 2 tahun, sang teman menceritakan kalau Arya tak lagi banyak berkomunikasi dengannya.
Ketika ditanya tentang kematian Arya, temannya tersebut mengabarkan kalau ia begitu kaget dengan keadaan tragisnya.
“Anda percaya Arya bunuh diri?” tanya wartawan.
“Bukan hanya saya yang tidak percaya, seluruh rekan-rekan yang pernah dekat dengan almarhum begitu yakin kalau Arya dibunuh,” tegasnya.
Setelah dinas di Yangon, Arya kembali ditarik ke Jakarta. Tapi pada tahun 2018, ayah dua anak ini kembali ditugaskan di Dili, Timor Leste selama dua tahun.
Pada tahun 2020 hingga 2022, Arya kembali ditugaskan di negara yang berbeda. Yaitu di Buanes Aires.
Setelah penugasan selesai, Arya ditarik kembali ke Jakarta. Kali ini, ia mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Yaitu, sebagai diplomat muda. Tugas utamanya, memberikan perlindungan untuk WNI yang berada di negara yang dalam keadaan sulit atau rawan.
Arya pernah ditugaskan untuk mengevakuasi WNI di Turki saat peristiwa gempa besar, kemudian yang terbaru di Iran ketika perang terbuka terjadi antara Iran dan Israel. Termasuk juga mengevakuasi WNI yang terkait korban TPPO di Myanmar beberapa waktu lalu.
Jadi, rasanya bisa terjawab kenapa Arya hanya kos, tidak membeli rumah di Jakarta. Hal ini karena tempat kerjanya tidak menetap. Melainkan, berpindah-pindah: dari satu negara ke negara lain.
Seorang tetangga kos menceritakan ke media bahwa pernah melihat istri almarhum datang ke kos Arya.
Lingkungan Pendidikan yang Kuat
Baik Arya maupun istrinya, Meta Ayu Puspitantri tergolong berlatar belakang keluarga akademisi. Bahkan, sama-sama di UGM.
Ayahnya Arya adalah lulusan S3 dan mantan dosen di Teknik Geodesi UGM. Sementara, ayah dari Meta Ayu juga seorang dosen, bahkan guru besar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM.
Bahkan diceritakan kalau Arya melalui masa kecil tinggal di asrama di UGM, mengikuti ayahnya berdinas.
Keluarga Kecil yang Bahagia
Buah pernikahan Arya dan Meta Ayu adalah dua anak yang baik dan pintar. Hal ini sering diungkap perempuan berjilbab ini melalui channel YouTubenya bernama It’s Puspitantri. Dari Channel inilah Meta Ayu mengisahkan perjalanan keluarga kecilnya yang bahagia.
Malam Terakhir Arya
Senin, 7 Juli itu, Arya dikabarkan berangkat kerja seperti biasa. Jarak dari kos ke kantor tak terlalu jauh. Biasanya, ia menumpang taksi online.
Rumah kos yang ditinggali almarhum tergolong bagus keamanannya. Begitu banyak sudut ruangan kos yang terpasang kamera cctv. Mulai dari pagar depan, halaman, hingga ruangan halaman kluster kos.
Diketahui kalau akses pintu masuk ke kluster kos menggunakan konci pintar. Yaitu, konci elektronik dengan akses kartu khusus yang biasa dipakai di hotel-hotel. Dengan begitu, hanya penghuni dan penjaga yang bisa mengakses pintu masuk.
Namun pada sore itu, Arya tidak tampak langsung pulang ke kos. Melainkan, berada di sebuah pusat perbelanjaan besar di ibu kota. Lokasinya di jalan Sudirman Thamrin.
Di situ, almarhum terlihat di rekaman CCTV berinteraksi dengan dua orang: laki dan perempuan. Belakangan media mengabarkan kalau kedua orang itu adalah rekan kerja Arya di kantor Kemenlu.
Sekitar jam 9-an malam, Arya bertelepon dengan istrinya di Yogya. Saat itu, lokasi Arya masih di sekitar pusat perbelanjaan itu.
Setelah itu, Arya memesan taksi online menuju kos. Tapi setelah kurang lebih 3 ratus meter perjalanan, Arya langsung meminta sopir untuk pindah tujuan ke kantor.
Masih jam 9-an, Arya sudah tiba di kantor. Entah kenapa, ia terpantau CCTV sedang berada di rooftop atau lantai paling atas kantor Kemenlu. Ia seperti memeriksa sesuatu di arah bawah.
Setelah sekitar jam 11-an malam, Arya baru pulang ke kos. Keberadaannya di kos terpantau di CCTV kos saat ia masuk kamar, membeli makanan lewat online, kemudian membuang sampah di sekitar jam 11.30 malam.
Setelah itu, tak ada kabar yang disampaikan ke publik tentang aktivitas almarhum di sekitar kos melalui rekaman CCTV.
Kabar dari CCTV baru disampaikan keesokan harinya, sekitar jam 5-an pagi. Tampak penjaga kos mondar-mandir di sekitaran kamar almarhum.
Dikabarkan, mondar-mandir itu karena permintaan istri almarhum yang menelepon penjaga kos karena khawatir dengan suaminya. Hal itu karena ponsel almarhum sudah tidak bisa dihubungi.
Baru sekitar jam 8 pagi, Selasa (8/7), penjaga dibantu rekannya yang merekam dengan ponsel, membuka jendela kamar Arya dengan mendongkel daun jendela dengan obeng.
Setelah jendela terbuka, penjaga menjulurkan tangannya melalui jendela untuk membuka pintu kamar. Setelah pintu terbuka, ditemukanlah jasad almarhum yang sudah terbujur dengan kepala yang terbungkus lakban warna kuning.
Polisi menyampaikan tak menemukan sidik jari selain milik almarhum. Sementara kabar dari dokter forensic yang dibacakan pengamat ke media menyebut bahwa sejumlah fisik almarhum luka. Antara lain di bibir, dan lebam di bagian lain.
Hingga polisi menyampaikan hasil penyelidikan tentang kematian almarhum, ponsel yang digunakan almarhum pada malam itu belum ditemukan.
Berbeda dengan hasil yang disampaikan pihak kepolisian tentang tidak adanya dugaan keterlibatan pihak lain dalam tewasnya almarhum, pihak keluarga meyakini bahwa almarhum tewas bukan karena bunuh diri.
Sepertinya, pihak kepolisian masih terus melakukan penyelidikan untuk menemukan bukti baru. Sejauh ini, dikabarkan polisi sudah memeriksa 15 saksi.
Sementara itu, pihak Kemenlu menyerahkan segala penyelidikan tersebut kepada pihak kepolisian. Kemenlu tidak berani berspekulasi tentang sebab kematian almarhum atau dugaan terkait dengan tugas-tugasnya di kantor.
Almarhum dikabarkan dimakamkan di TPU Sunten Cemetery, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta pada Rabu sore (9/7).
Sejumlah kolega di Kemenlu merasa berduka. Dan tentu saja, pihak keluarga yang masih menyimpan tanda tanya tentang kematian almarhum.
Keluarga meminta agar publik tetap mengawal perkembangan kasus yang lumayan rumit ini. [Mh]