Chanelmuslim.com-Sedih ya melihat si kecil suka memukul dirinya sendiri ataupun orang lain, padahal Anda tak pernah mengajarinya dan tak pernah memberi contoh memukul. Tapi dari kegiatan memukul itu, si kecil rupanya sedang belajar.
Pada anak usia satu tahun, mereka tidak tahu bahwa memukul berarti menyakiti orang lain. Mungkin Anda akan melihat anak usia satu tahun akan memukul orang lain sambil tertawa. Perilaku agresif seperti ini dianggap normal karena bagian dari perkembangan anak. Untunglah, perilaku agresif ini hanya sementara. Meski demikian, jangan menganggap perilaku agresif ini sebagai hal yang lucu sehingga Anda merespons dengan tertawa. Sebab dari sini si kecil bisa belajar bahwa memukul bisa membuat Anda tertawa.
“Balita juga menunjukkan kemerdekaannya, dan beberapa anak mengekspresikan keinginannya dengan memukul orang lain,” ujar Kurt Fischer, Ph.D., seorang profesor perkembangan manusia di Harvard Graduate School of Education, Cambridge, Massachusetts, dikutip dari Parents.
Hal senada disampaikan Nadine Block, Direktur Eksekutif Center for Effective Discipline di Columbus, Ohio. Di usia satu hingga dua tahun, ketika anak sudah mulai memiliki aneka kemampuan, ada keinginan untuk menjadi mandiri. Sementara itu, kontrol impuls belum berkembang sempurna sehingga membuat anak-anak berperilaku agresif seperti menggigit dan memukul.
Sedangkan tangan dan gigi merupakan alat sosial pertama mereka, jadi wajar jika mereka belajar bagaimana menggunakannya sebagai respons atas apa yang mereka rasakan. Mereka juga ingin tahu reaksi apa yang terjadi jika mereka menggunakan ‘peralatan’ itu. Jadi sah-sah saja balita Anda menggunakan ‘peralatannya’ tapi tetap tugas orang tua untuk mengajarkan bagaimana cara terbaik menggunakan ‘peralatan’ itu.
Meskipun ini bagian normal perkembangan balita usia 18-30 bulan, sebagai orang tua tentu Anda tidak boleh membiarkannya. Anak pun perlu belajar bahwa perilaku agresif tidak bisa diterima. Perlu juga Anda tunjukkan cara lain untuk mengekspresikan perasaannya.
Kurt Fischer menuturkan perilaku agresif pada anak lebih cenderung muncul dalam kelompok. Sebab dalam sekelompok anak sangat memungkinkan dua balita yang memperebutkan mainan, yang mana hal ini bisa meningkat jadi perkelahian fisik.
“Jika anak-anak berinteraksi dengan orang banyak, seperti di penitipan, memukul dan menggigit menjadi keterampilan sosial serta bagian dari naluri kelangsungan hidup mereka,” terang Fischer.
Ketika si kecil memukul Anda atau orang lain, jangan lantas balas memukulnya. Oke, mungkin Anda lelah setelah pulang dari bekerja dan rasanya emosi gampang terusik ketika melihat si kecil berperilaku agresif. Tapi penting untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Jika Anda balas memukul anak, secara tidak langsung itu menegaskan bahwa tidak apa-apa memukul orang lain.
“Saat itu juga mengajarkan anak-anak bahwa kekerasan fisik adalah cara untuk memecahkan masalah,” jelas psikolog anak dan pendidikan, Andrew Greenfield, dikutip dari ABC Australia.
Dengan balas memukul anak sebagai upaya menghukum, sambung Greenfield, pada akhirnya hanya akan mengembangkan rasa takut pada anak. Memberikan ‘pelajaran’ pada anak melalui ketakutannya tidak akan berhasil.
Pada balita yang memahami bahwa memukul merupakan upaya pertahanan diri, saat mereka memukul anak lain, ada baiknya jauhkan dia sejenak dari situasi itu. Lalu berilah penjelasan bahwa memukul itu tidak diperbolehkan karena bisa menyakiti orang lain.
Jangan lupa mintalah maaf atas nama anak Anda pada anak yang dipukul. Pastikan si kecil mendengar Anda sedang minta maaf, agar dia bisa menarik pelajaran tentang empati. Bila anak sudah stabil emosinya, ajaklah juga untuk meminta maaf langsung. Jika ada orang tua anak tersebut di tempat itu, sampaikan juga permintaan maaf dan katakan bahwa Anda sedang berupaya mengatasi perilaku agresif pada si kecil.
Jika anak memukul karena berebut mainan dengan kakak atau adiknya, sampaikan pengertian padanya, bahwa untuk mendapatkan giliran bermain bukan dengan memukul. Anda bisa mengeset waktu agar setiap anak mendapat giliran bermain.
Yang tak kalah penting, ajari anak berkomunikasi dengan baik. Ketika anak lebih mampu mengatakan apa yang dia inginkan dan menyampaikan apa yang dia rasakan, maka mereka akan lebih mampu mengontrol perilaku agresifnya.(ind/dethealth)