ZAGY Berian, anak muda asal Indonesia, terpilih menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di kelompok ketiga Youth Advisory Group on Climate Change, yang dibentuk Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres.
Zagy bergabung bersama 13 tokoh muda lain dari berbagai negara untuk memberi masukan praktis dan rekomendasi konkret dalam mempercepat aksi global menghadapi krisis iklim.
Pengumuman itu disampaikan pada Hari Internasional Pemuda, Selasa 12 Agustus 2025, yang bertepatan dengan peringatan 10 tahun Paris Agreement dan tenggat penyampaian rencana aksi iklim nasional baru (nationally determined contributions/NDC) yang selaras dengan target 1,5°C.
Baca juga: Tim Peneliti UB Temukan Lima Spesies Cacing Baru
Anak Muda Indonesia Terpilih Wakili Asia Tenggara jadi Penasihat Muda Perubahan Iklim PBB
Asia Tenggara termasuk wilayah yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, dari kenaikan permukaan laut hingga cuaca ekstrem yang mengancam sistem pangan dan mata pencaharian. Zagy membawa perpaduan pengalaman lokal dan jejaring internasional ke forum global ini.
Ia mendirikan Society of Renewable Energy (SRE), organisasi yang menggerakkan ribuan pemuda Indonesia di bidang energi terbarukan.
Zagy juga menjabat Regional Facilitator untuk Youth Climate Justice Fund di Asia Selatan, mendukung gerakan keadilan iklim di tingkat akar rumput.
Di level internasional, ia terlibat dalam strategi keterlibatan pemuda G20 Energy Transition Working Group bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, B20 Task Force on Energy, Sustainability, and Climate, serta memimpin Southeast Asia Youth Forum on Energy di bawah ASEAN.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Salah satu program yang ia jalankan adalah edukasi energi terbarukan di Pati, Jawa Tengah, bekerja sama dengan petani untuk mengintegrasikan solusi energi bersih ke dalam praktik pertanian berkelanjutan.
Selain Zagy, anggota lain kelompok ini di antaranya; Angela Busheska (Makedonia Utara), Ashley Lashley (Barbados), Axel Eriksson (Swedia), Charitie Ropati (Amerika Serikat), Farzana Faruk Jhumu (Bangladesh), Jabri Ibrahim (Kenya), Kantuta Diana Conde (Bolivia), Lena Goings (Amerika Serikat), Marcel Bodewig (Jerman), Okalani Mariner (Samoa), Sibusiso Mazomba (Afrika Selatan), Txai Surui (Brasil), dan Zuzanna Borowska (Polandia).
António Guterres memperluas keanggotaan kelompok penasihat iklim PBB ini dari tujuh menjadi 14 orang. Ia menegaskan bahwa advokasi tanpa kenal takut dari generasi muda telah menjadi kekuatan utama dalam perjuangan melawan krisis iklim.
Guterres menyambut baik pembentukan kelompok ini, untuk memberikan lebih banyak ruang bagi suara dan kepemimpinan pemuda dalam perundingan iklim global.
Langkah itu sekaligus merespons tren global yang dinilai mengkhawatirkan, yaitu menyempitnya ruang gerak sipil dan keterbatasan pendanaan yang menghambat aktivis muda terlibat penuh dalam upaya iklim. [Din]