ChanelMuslim.com – Niat ternyata memiliki hakikat dan keutamaan yang luar biasa. Oleh sebab itu, sebelum melakukan sesuatu, khususnya beribadah, maka alangkah baiknya kita meluruskan niat.
Baca Juga: 3 Jenis Niat yang Dimiliki Manusia
Hakikat dan Keutamaan Niat
Niat bukanlah ucapan “nawaitu” (aku niat) yang diucapkan di mulut, melainkan pancaran hati yang berjalan seperti ilham dari Allah.
Niat terkadang muncul dengan mudah dan terkadang tidak. Orang yang hatinya didominasi urusan agama pada umumnya mudah menghadirkan niat untuk berbuat baik.
Sebab, secara global hatinya cenderung kepada pokok kebajikan, sehingga pada umumnya memancar ke seluruh bagian-bagiannya.
Sedangkan orang yang hatinya didominasi kecenderungan kepada dunia tidak akan mudah melakukan hal itu. Bahkan, ia tidak bisa dengan mudah menunaikan ibadah-ibadah yang fardhu (wajib) kecuali dengan upaya yang sangat keras.
Umar bin Khaththab radhiallahu anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat. Dan sesungguhnya setiap orang hanya akan mendapatkan apa yang diniatkannya.
Barangsiapa yang hijrahnya menuju Allah dan RasulNya maka hijrahnya menuju Allah dan RasulNya. Dan barangsiapa yang hijrahnya menuju dunia yang hendak didapatnya atau wanita yang hendak dinikahinya maka hijrahnya menuju apa yang menjadi tujuan hijrahnya. ”
(HR. al-Bukhari, Muslim, Abu Daud dan An-Nasa’i)
Diriwayatkan bahwa Asy-Syafi’i pernah menyatakan: ” Hadits ini adalah sepertiga ilmu. ”
Sabda Nabi, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niat berarti bahwa diterimanya amal shalih yang sesuai dengan Sunnah tergantung pada ada dan tidaknya niat yang shalih.
Betapa Niat sering mendatangkan keutamaan yang besar. Betapa banyak amalan kecil yang dibesarkan (pahalanya) oleh niat. Dan banyak amal besar yang dikecilkan (pahalanya) oleh niat.
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa tatkala Rasulullah keluar (dari Madinah) dalam rangka Perang Tabuk, beliau bersabda:
“Sesungguhnya di Madinah ada orang-orang yang tidaklah kita memotong sebuah lembah, menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, membelanjakan harta dan mengalami kelaparan, melainkan mereka bersekutu dengan kita dalam hal itu, sementara mereka di Madinah.”
Para Sahabat bertanya, “Bagaimana mungkin hal itu, ya Rasulullah, sementara mereka tidak bersama kita?”
Beliau menjawab, “Mereka ditahan oleh udzur. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka yang udzurpun mendapatkan pahala karena niat yang baik. [Cms]
MANAGEMEN QALBU Ulama Salaf /penulis: Syeikh Dr. Ahmad Farid)
t.me/hatibersih