ChanelMuslim.com- Wahan adalah penyakit jiwa yang pernah disebut oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yaitu, cinta dunia dan takut mati.
Hampir semua anak kecil tampak seperti pelit. Ia tidak mau berbagi dengan orang lain, meskipun terhadap keluarganya sendiri.
Kalau dibujuk dengan baik, ia baru mau melepas yang ia sukai itu. Biasanya isi bujukan yang ampuh itu berbentuk kompensasi.
Setelah si kecil memahami bahwa barang penggantinya jauh lebih ia sukai, barulah ia rela untuk berbagi. Soal barang pengganti sudah tersedia atau belum, itu urusan nanti. Yang penting, ia percaya bahwa akan ada barang pengganti yang lebih ia sukai.
Begitu pun dengan dunia kita. Dunia orang dewasa. Kenapa kita tak mau berbagi, yang bernilai kecil apalagi yang besar? Karena, kita sangat mencintai apa yang dimiliki saat ini.
Dalam bahasa lain disebut sebagai hubbuddun-ya, atau mencintai dunia. Hal ini karena semua yang dicintai itu bervariabel duniawiyah: harta, jabatan, karir, keluarga, dan lain-lain.
Seperti halnya anak kecil yang baru mau berbagi kalau ada kompensasi, kita pun seperti itu. Apa kompensasinya kalau yang dicintai itu menjadi milik pihak lain.
Allah subhanahu wata’ala Maha Mengetahui tentang ciptaanNya. Allah berjanji akan mengganti apa yang dikorbankan hambaNya dengan sesuatu yang jauh lebih mahal. Apa itu?
Dalam Surah At-Taubah ayat 111, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang beriman diri dan harta mereka dengan surga….”
Inilah kompensasi yang Allah janjikan. Yaitu, surga yang nilainya tak pernah terukur dengan nilai dunia berapa pun dan apa pun.
Dunia itu tak ada nilainya di sisi Allah. Sekiranya dunia senilai sayap lalat, tak ada orang kafir yang boleh minum meski setetes air pun.
Nah, ada dua persoalan yang masih menggantung dari ayat itu. Pertama, tentang kepercayaan seorang mukmin terhadap janji Allah. Dan kedua, pengetahuan tentang apa itu surga.
Di poin pertama, itulah makna iman yang menjadi syarat utama orang disebut mukmin atau bukan. Iman itu memang tidak stabil. Bisa naik dan bisa juga turun. Karena itulah Nabi berpesan, jaddiduu imanakum. Perbaharuilah iman kalian. (HR. Al-Hakim)
Tentang sejauh mana pengetahuan kita terhadap surga, itu juga menjadi faktor utama. Allah subhanahu wata’ala mengulang-ulang penjelasan tentang surga di dalam Al-Qur’an.
Tentang keindahan surga, tentang makanan dan minumannya, tentang suhu udaranya, tentang bidadarinya, tentang keadaan psikis penghuninya, tentang keindahan rumah para penghuninya, dan seterusnya.
Belum pernah ada mata yang melihat. Belum pernah ada telinga yang mendengar suara di dalamnya. Bahkan, belum pernah ada lintasan pikiran yang mampu tepat membayangkannya.
Kalau saja kita percaya dan paham tentang kompensasi itu, niscaya tidak ada lagi wahan: cinta dunia dan takut mati. [Mh]