ChanelMuslim.com – Pernahkah kalian mendengar kisah ibu dan anak yang kompak terjun di medan perang melindungi Rasulullah dan pasukan kaum muslimin, kisah mengagumkan ini terjadi pada sosok Ummu Umarah dan anaknya, Abdullah bin Zaid.
Terjadi pada perang uhud, dimana orang-orang Quraisy tidak akan pernah merasa tentram setelah mengalami kekalahan di perang Badar.
Rasa benci marah dan dendam kepada orang-orang Islam senantiasa menyelimuti pikiran mereka.
Maka setelah perang Badar, orang-orang Quraisy berhasil menghimpun kekuatan mereka, dengan mengumpulkan sekitar 3000 tentara yan siap menyerang orang-orang Islam.
Baca Juga: Pencetus Pembuatan Parit di Perang Khandaq
Kisah Ibu dan Anak yang Terjun di Medan Perang Melindungi Rasulullah
Pasukan Islam yang berjumlah sekitar 900 orang juga telah bersiap menghadapi mereka di luar kota Madinah. Pasukan ini mengambil posisi di lembah Uhud.
Rasulullah menjadikan gunung Uhud sebagai perisai belakang pasukan dan meletakkan 50 pasukan panah (diketuai Abdullah bin Jubair) di titik-titik gunung Uhud, untuk melindungi pasukan Islam jika ada serangan dari arah belakang.
Beliau berpesan kepada pasukan panah, “Lindungilah kami dengan anak panah kalian. Jangan sampai kami diserang dari arah belakang. Kami menang atau kalah, tetaplah di posisi kalian. Yang penting, jangan sampai kami diserang dari arah belakang.”
Setelah itu beliau, mengatur pasukan bagian depan. Beliau berpesan kepada mereka untuk tidak menyerang sebelum beliau memberikan aba-aba.
Ummu Umarah bersama dua anaknya dan suaminya ikut ambil bagian dalam perang ini. Dua anaknya dan suaminya bergabung dalam barisan mujahid, sedangkan Ummu Umarah bertugas di bagian logistik dan medis.
Akan tetapi kondisi pasukan Islam yang terdesak menjadikan Ummu Umarah ikut mengangkat sejata. Dengan segala kemampuannya, ia bergabung dengan orang-orang untuk melindungi Rasulullah, tanpa rasa takut sedikitpun.
Dengan perisai dan pedang di tangan, Ummu Umarah berdiri tegap di samping Rasulullah, melindungi beliau dari serangan musuh.
Peperangan sengit sudah di mulai, dan kemenangan berada di pihak pasukan Islam. Kaum muslimin kemudian mulai mengumpulkan harta rampasan. Melihat hal itu, pasukan panah meninggalkan posisi mereka dan ikut mengumpulkan harta rampasan.
Pada waktu itulah pasukan musuh menyerang dari arah belakang, dan berhasil memorak-pandakan pasukan Islam serta berusaha membunuh Rasulullah.
Melihat kondisi itulah, beberapa orang termasuk Ummu Umarah bergegas melindungi beliau. Mari kita dengarkan kisah ini langsung dari Ummu Umarah.
“Saat itu pasukan Islam cerai-berai. Hanya ada beberapa orang yang jumlahnya kurang dari sepuluh, termasuk saya, dua anak saya, dan suami saya.
Rasulullah memerintahkan kepada mereka yang lari ke belakang untuk memberikan senjata dan perisai mereka kepada pasukan yang masih berperang.
Maka seorang laki-laki melemparkan perisainya kepada saya yang saat itu hanya membawa pedang tanpa perisai. Yang menyerang kami ternyata tentara berkuda, hingga kami agak kewalahan. Seandainya saja mereka hanya berjalan kaki seperti kami, insya Allah kami dapat mengalahkan mereka.
Seorang musuh tentara berkuda menyerang dan mengayunkan pedangnya ke arah saya. Saya tahan dengan perisai yang ada di tangan. Lalu saya tebas kudanya dengan pedang hingga kuda itu terjatuh. Saat itu Nabi menyeru kepada anak saya, ‘Bantulah ibumu,’ Dia membantuku membunuh tentara musuh itu.
Abdullah bin Zaid berkata, “Saat itu aku terluka parah. darah terus mengalir dari luka itu. Nabi memberi nasihat, ‘Balutlah lukamu.’
Ibuku datang dengan membawa pembalut luka, lalu membalut lukaku. Setelah itu Nabi berkata, bangkitlah nak lawanlah pasukan musuh. Beliau juga berkata, “Wahai Ummu Umarah apa yang kamu lakukan ini tidak bisa dilakukan orang lain.”
Tentara musuh yang melukai anakku mendekat. Rasulullah berkata, “dialah yang melukai anakmu.”
Maka aku menebas kakinya hingga dia tersungkur. Aku melihat Rasulullah tersenyum hingga terlihat giginya. Beliau bersabda, “Aku telah membalasnya. Setelah itu kami mendekat kepada Nabi dan beliau bersabda, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemenangan kepadamu.”
Haris bin Abdullah juga pernah bercerita, “Aku mendengar Abdullah bin Zaid bin Ashim berkata aku ikut dalam perang Uhud. Ketika mereka bercerai-berai meninggalkan Rasul, aku dan ibuku mendekat kepada Rasulullah untuk melindungi beliau dari serangan musuh.
Beliau bersabda, “Wahai putra Ummu Umarah.” Aku menjawab “Ya, Wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda. “Lemparkanlah.” Maka aku mengambil sebongkah batu lalu kulemparkan ke arah tentara berkuda yang sedang menuju ke arah Rasulullah.
Lemparanku mengenai mata kuda itu, kuda itu tersungkur aku mendekati penunggang yang jatuh lalu ku hantam dengan sebongkah batu. Aku melihat Rasulullah tersenyum.
Beliau melihat luka di pundak ibuku, lalu beliau bersabda, “Lihatlah ibumu balutlah lukanya, Ya Allah jadikanlah mereka teman-temanku di surga.” Mendengar doa Nabi itu aku sudah tidak memikirkan lagi urusan dunia.” [Ln]