Literasi, Jembatan Cerdas Memerangi Hoax Oleh : Suci
ChanelMuslim.Com – Gedung Graha Saraswati, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo terasa begitu hangat, ketika satu per satu peserta Sekolah Literasi Gratis (SLG) Ponorogo mulai berdatangan.
Kemarin (5/2), sebanyak 100 kursi yang telah disiapkan panitia terisi penuh dengan berbagai golongan peserta. Mulai dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, guru, hingga dosen memiliki antusias yang luar biasa guna mengikuti latihan kepenulisan. Acara ini merupakan salah satu program kampus literasi, STKIP PGRI Ponorogo.
Kali ini, SLG yang sempat break selama satu bulan itu, kembali menghadirkan di hadapan calon penulis, dua pakar literasi handal sesuai dengan bidangnya. Yaitu Tjahjono Widijanto, sastrawan, penulis, dan pemenang lomba asal Ngawi, sekaligus dosen di STKIP PGRI Ngawi, dan Rakhmat Giryadi adalah seorang penyair, juga pimimpin majalah sastra Kalimas, juga penerbit SatuKata.
Baca Juga: Peran Literasi Dakwah dalam Dunia Digital
Literasi, Jembatan Cerdas Memerangi Hoax
Adapun saat membuka acara Sekolah Literasi Gratis angkatan kelima itu, Kasnadi selaku Ketua STKIP PGRI Ponorogo, mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang telah menyempatkan diri bergabung, berkumpul, dan berdiskusi dengan kampus lierasi.
Pihaknya juga menambahkan, bahwa setiap bulan yang terdiri atas empat atau lima minggu itu akan menghadirkan sosok-sosok perubahan hidup yang akan mengalihkan mindset manusia untuk menjadi lebih baik dan berkualitas. Di antara pemateri yang hadir adalah mereka sudah teruji secara alam.
Harapannya, masyarakat Indonesia, khususnya Ponorogo dan sekitarnya memiliki pribadi yang cerdas untuk memerangi dan melawan fenomenal beberapa pekan ini yang ramai publik, yakni pemberitaan bersifat negatif.“Literasi harus mampu meminimalisir penyebaran berita hoax,” tambahnya.
Hakikatnya, literasi tidak sekadar soal baca-tulis, yaitu tidak membaca buku atau menulis di buku. Literasi layaknya sebuah benteng pertahanan. Dunia semakin hingar bingar dengan bermacam konflik. Setiap waktu persoalan di dunia semakin panas. Untuk itu, sebagai manusia cerdas yang dianugerahi akal harus memiliki bekal jiwa literasi.
Literasi adalah sarana mencerdaskan masyarakat. Yaitu berupa kesadaran dan kepekaan terhadap sosial. Cerdas dalam mengakses informasi dari media, sadar akan kebenaran informasi, dan peka terhadap kondisi sosial yang berindikasi memecah belah antarmasyarakat.
Tjahjono Widijanto pun mengungkapkan, sekarang teknologi hebat-hebat. Dulu kalau ingin mengetik harus menyewa mesin ketik. Kalau tidak begitu terpaksa harus menulis di kertas folio berlembar-lembar. Pengalaman, ketika meminjam mesin ketik, belum sempat menikmati sudah hilang duluan. Jadi terpaksa dengan kedua teman saya parohan uang untuk mengganti mesin ketik yang hilang.
Suasana akrab dan santai dirasakan salah satu peserta SLG, yang kemudian mengungkapkan kekaguman dan ketertarikan terhadap SLG Ponorogo.
“Rumah saya jauh, di Magetan. Tadi saya rela-relakan berangkat pukul tujuh agar tidak terlambat di acara SLG dan mendapat kursi depan. Mulanya, saya tahu informasi ini dari facebook. Kemudian saya tertarik dan ingin menjadi bagian di antara mereka,” tutur Laela peserta asal Yogya dan menetap di Magetan.
Hal serupa juga dirasakan Ahmad, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo, “SLG mencerahkan. Saya mendapatkan ilmu yang banyak, mulai dari cara menulis, merangkai sampai publikasi dan media-media yang dapat di tuju,” katanya di belakang acara.
Tak lupa, sebelum menutup acara, Ketua Suku Adat, Sutejo mengingatkan kepada peserta SLG, jika minggu kedua nanti akan hadir seorang motivator Indonesia sekaligus guru De Brito, J. Sumardianta dan penulis buku dari Bandung, Hernowo, yang sekarang telah menerbitkan sekitar 37 buku, sebelas di antaranya adalah buku best seller.
“Salam Literasi. Yes Success!,” pungkas laki-laki penulis Kompas itu. (Mh/Ipr)