ChanelMuslim.com – Wafatnya anak Nurul Arifin, Maura Magnalia Widyaratri, memberikan pengingatan kepada kita semua bahwa maut tak mengenal usia. Selain itu, bagi perempuan, ada faktor risiko penyakit jantung yang perlu kamu ketahui.
Maura ditemukan meninggal dalam posisi duduk di meja makan pada sekitar pukul 05.00 WIB, Selasa (25/1/2022).
Asisten Rumah Tangga yang menemukannya tak mampu berbuat apa-apa, hingga dibawa ke RS, kondisi tubuh Maura sudah dingin. Ia dinyatakan meninggal dunia pada pukul 05.37 WIB karena henti jantung.
Baca Juga: Aspirin dapat Tingkatkan Risiko Gagal Jantung Lebih dari 25 Persen
Anak Nurul Arifin Meninggal, Kenali Risiko Penyakit Jantung pada Perempuan
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh darah di RSUD Dr. Iskak dan RSI Orpeha Tulungagung dr. Fitranti Suciati Laitupa, Sp.JP., FIHA menyebutkan bahwa perempuan penderita penyakit jantung di Indonesia mencapai 0,5% atau kurang lebih 1 juta penduduk. Penderita tertinggi pada kelompok umur 65-74 tahun.
Untuk itu, mengenali faktor risiko penyakit jantung pada perempuan menjadi penting untuk mencegah hal yang tidak diinginkan. Pasalnya, penyakit ini masih menjadi penyebab kematian tertinggi di atas kanker dan stroke.
Dokter Fitranti menjelaskan beberapa faktor risiko utama penyakit jantung pada perempuan.
Faktor risiko utama disebabkan karena hipertensi, hiperkolesterolemia, obesitas dan diabetes.
Sedangkan faktor risiko minor disebabkan karena risiko keluarga dan kondisi lain seperti auto imun, kelainan jantung bawaan, serta infeksi.
Hipertensi terjadi bila tekanan darah lebih dari atau sama dengan 140 pada sistole, dan pada diastole lebih dari atau sama dengan 90 pada pengukuran menggunakan tensimeter di klinik atau rumah sakit.
Menurut perempuan usia 36 tahun ini, fungsi jantung adalah memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh, baik ke tangan, kaki, otak, ginjal dan organ lainnya.
Tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah dan akan menyebabkan kegawatan pada organ-organ yang dilewati pembuluh darah itu.
Karena pembuluh darah juga ke otak, bila tekanan darah sangat tinggi dan dalam waktu yang lama akan bisa menyebabkan stroke.
Demikian juga karena darah juga melalui ginjal, tekanan darah tinggi juga akan menyebabkan gagal ginjal.
“Karena gagal ginjal, seseorang harus cuci darah seumur hidup atau transplantasi ginjal. Karenanya, hipertensi perlu dicegah sejak dini,” terang dokter yang berpraktik di RSUD Dr Iskak dan RSI Orpeha Tulungagung itu saat memberikan seminar online pada Oktober lalu.
Faktor resiko kedua adalah hiperkolesterolemia atau kadar kolesterol tinggi.
Kolesterol tinggi akan menyebabkan penyumbatan koroner. Parameternya adalah kolesterol di atas 200, yaitu LDL di atas 100 dan HDL kurang dari 50.
Faktor resiko ketiga adalah berat badan berlebih.
Mengukur berat badan tidak boleh asal-asalan. Ukurlah dengan benar menggunakan indeks massa tubuh.
Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah cara mudah menghitung berat badan ideal berdasarkan berat badan dan tinggi badan.
Untuk penghitungannya, berat badan harus dalam satuan kilogram dan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.
Misalnya, kamu memiliki berat badan 70 kilogram dan tinggi 160 cm (1,60 meter). Kalikan tinggi badan dalam kuadrat: 1,60 x 1,60 = 2,56.
Lalu, bagi angka berat badan dengan hasil kuadrat tinggi badan: 70/2,56 = 23,4. BMI (Body Mass Index) 23,4 jika dilihat berdasarkan standar WHO, kamu termasuk normal.
Jika hasil pengukuran antara 18,5-24,9 berarti berat badan ideal atau tidak memiliki resiko penyakit jantung.
“Bila berat badan lebih (25-29,9), gemuk (30-39,9), dan sangat gemuk (lebih dari 40), sangat beresiko terkena penyakit jantung,” kata dokter yang menyelesaikan program spesialis jantung dan pembuluh darah di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya pada tahun 2018 ini.
Faktor diabetes atau kadar gula darah tinggi.
Kadar gula tinggi apabila gula darah sewaktu di atas 200 atau HbaIc di atas 7. Pengukuran gula darah harus melalui pemeriksaan gula darah.
Faktor risiko lainnya adalah faktor keluarga baik dari ayah ibu, kakek nenek. Jika mereka menderita penyakit jantung, kemungkinan keturunannya bisa terkena penyakit jantung.
Fitranti menjelaskan, faktor keluarga merupakan risiko minor, artinya kemungkinannya kecil. Kondisi lain seperti faktor bawaan, auto imun, dan infeksi hanya menyumbang sebagian kecil bagi penyakit jantung.[ind/Mh]