ChanelMuslim.com – Assalamualaikum Pak Ustadz, pernah dengar tentang tidak bolehnya mencela pemimpin, dan harus patuhnya kita pada pemimpin walau dia zalim sekalipun. Dan berdosanya kita kalau berusaha menjatuhkan pemimpin yang tidak baik itu. Terima kasih Pak Ustaz.
Mencela dan Mencopot Pemimpin yang Zalim dijelaskan oleh Ustaz Farid Nu’man Hasan
Artikel ini adalah kelanjutan dari Mencela dan Mencopot Pemimpin yang Zalim (2)
Bagaimana dengan Mendoakan Keburukan kepada Pemimpin yang Zalim?
Yang terbaik tentunya mendoakan kebaikan, agar Allah Ta’ala memberikan hidayah lalu kemudian dia menjadi pembela Islam.
Mencela dan Mencopot Pemimpin yang Zalim (3)
Tapi, para ulama membolehkan mendoakan keburukan kepada pemimpin yang memang dikenal tirani dan zalimnya.
Dalilnya adalah:
لا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنْ الْقَوْلِ إِلاَّ مَنْ ظُلِمَ
”Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan terang-terangan kecuali oleh orang yang dianiaya/dizhalimi.”
(QS An-Nisaa’ ayat 148).
Juga, Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam:
اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ هَذِهِ أُمَّتِي شَيْئاً فَرَفَقَ بِهِمْ، فَارْفُقْ بِهِ. وَمَنْ شَقَّ عَلَيْهَا فَاشْفُقْ عَلَيْهِ. رواه مسلم
“Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka SUSAHKANLAH DIA”.
(HR. Muslim no. 1828)
Ulama sekelas Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah, yang melarang berontak kepada pemimpin zalim pun pernah berdoa buruk kepada pemimpin zalim pada masanya:
اللَّهُمَّ يَا قَاصِمَ الْجَبَابِرَةِ اقْصِمِ الْحَجَّاجَ ابن يوسوف
“Ya Allah yang maha perkasa atas orang-orang zalim, hancurkan dan binasakanlah Hajjaj Bin Yusuf…”
(Imam Ibnu Katsir, Al Bidayah wan Nihayah, 9/117)
Imam An Nawawi dalam Al Adzkar membuat bab berjudul:
بابُ جَواز دُعاء الإِنسان على مَنْ ظَلَمَ المسلمين أو ظلَمه وحدَه
Bab BOLEHNYA doa seseorang (dengan doa keburukan) kepada orang yang menzalimi kaum muslimin atau menzalimi dirinya seorang.
Beliau Rahimahullah menjelaskan:
وَقَدْ تَظَاهَرَ عَلىَ جَوَازِهِ نُصُوْصُ الْكِتَابِ وَالسُنَةِ وَأَفْعَالُ سَلَفِ الْأُمَةِ وَخَلَفِهَا
“Telah jelas kebolehan hal tersebut, berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah. Juga berdasarkan perbuatan generasi umat Islam terdahulu (yaitu salaf) maupun generasi terkemudian (khalaf).”
(Al Adzkar, 1/493)
Bersambung…